Play biar lebih ganteng.
Uh, besok gue ulangan umum. Belajar? Belajar hanya untuk
orang yang lemah.
Gak ada yang gue lakukan selain menerawang ke seisi kamar. Terutama
pada langit-langit kamar yang selalu terisi imajinasi gue. Nih, gue tuang
imajinasi gue ;
“Di
permukaan putih sana, ada seorang laki-laki yang kelihatannya amat terluka yang
sedang duduk di ayunan yang sesekali bergerak lambat. Wajahnya piluh. Hatinya
sama sekali tidak pulih. Tatapannya menyedihkan. Wajahnya, ganteng. Lalu, entah
dari mana datang seorang wanita baru, pindahan dari tempat lain. Wanita itu
datang, menghibur laki-laki tadi. Membahagiakan nya. Memperbaiki laki-laki itu,
memeluk dan tak jarang wanita itu mampu mengukir sebuah senyum manis pada
laki-laki itu.”
Dari tempat gue saat ini. Gue melihat itu indah banget,
imajinasi gue kembali menari-nari.
“Setiap
saat, wanita itu berusaha mengobati si laki-laki. Laki-laki itu pun sembuh. Mereka
berpelukan. Sungguh, bagi si laki-laki, wanita itu adalah hal terindah yang
pernah datang di kehidupannya. Laki-laki itu pun menjaga wanita itu. Mencoba
menjauhkan dari segala yang jahat, walau sering kali gagal. Bukan pacar, hanya
sekedar teman. Hanya saja, teman dalam arti yang lebih. Bagi laki-laki itu,
tidak ada yang lebih penting daripada wanita tersebut. Dia berharap, semuanya
akan baik-baik saja. Dia berharap, wanita itu akan tetap memeluknya erat.”
Dari bawah sini, imajinasi gue tetap menari-nari, tidak
dengan hati gue.
“Sejak
saat itu, hari-hari pasangan insan itu selalu indah, menjadi kenangan yang terbaik
dalam benak masing-masing. Hari berganti hari, setiap sore mereka datang ke
tempat mereka pertama kali bertemu dulu. Setiap hari wanita itu mengucapkan
janji bahwa semuanya akan tetap seperti ini, tetap bersama laki-laki itu, tidak
akan mencari apalagi bersama dengan sosok yang lain. Sang laki-laki pun
mengucapkan janji yang sama.”
Memang indah ya, masa-masa awal dimabuk cinta gitu. Rasanya
gak ada yang lebih indah daripada ngerasain itu terus
“Sama
seperti pasangan lainnya, walau mereka sering bersama, menghabiskan waktu. Badaipun
tak jarang hadir ke tengah-tengah mereka. Tapi bagi mereka, badai adalah hal
yang biasa. Mereka selalu berhasil meredahkan badai yang datang.”
Sudah seharusnya seperti itu, setiap pasangan hendaknya
berani melewati badai bersama, bukan
menunggu badai reda bersama.
“Hingga
suatu saat, ada badai yang tak terelakan. Saat itu, si laki-laki merasa ada
yang berbeda dengan wanita itu. Sejak itu, laki-laki tersebutpun tak pernah
berhenti bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada wanita itu. Tak jarang
ketika mereka bersama, laki-laki itu bertanya apa yang terjadi. Wanita itu
selalu menjawab tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja.”
Percaya, adalah satu komponen penting dalam mempertahankan
sebuah hubungan.
“Laki-laki
itu percaya, dan selalu mencoba berpikir positive tentang apa yang sedang
terjadi. Namun, tetap saja. Ia merasa ada yang berbeda dengan wanita itu. Ingin
rasanya laki-laki itu berteriak di depan wanita itu.”
Setiap salah satu dari pasangan pasti ingin melakukan hal di atas. Berteriak
di depan pasangannya. Berharap yang diteriaki sadar akan isi hatinya.
“Waktu
tetap berjalan, lama-lama luka yang pernah ada dari laki-laki itu kembali
muncul. Seakan-akan luka yang pernah dijahit oleh wanita itu kini sudah kendur,
terlepas. Dia tetap berusaha berpikir positive walau itu sulit”
Pernah gak, ngerasain sakit yang sakitttt banget. Tapi gak
berdarah. Pernah kan.
“Hingga
suatu saat ketika rangkaian kalimat yang keluar dari mulut wanita tersebut
benar-benar melepas jahitannya. Wanita itu berkata, bahwa dia telah menjadi
milik orang lain. Dia sudah punya pacar. Memang, hanya sekedar teman. Wanita
itu tidak mengerti, bahwa laki-laki itu sangat menyayanginya.”
‘Sebenarnya dalam sebuah hubungan, tidak ada istilah “Ditikung”
“pho” atau yang lainnya. Jika setiap pasangan itu percaya. Tidak akan ada yang
rusak.’
“Wanita
itu merusak semua janji-janjinya. Laki-laki itu, berkali-kali lipat lebih
tersakiti dari luka yang sebelumnya. Wanita itu.... Ah!!!. Sejak hal itu
terjadi, sepasang ayunan biasa itu hanya terisi oleh laki-laki tersebut. Kali ini
wajahnya jauh lebih menyedihkan. Wanita itu? pergi. Bersenang-senang dengan
pacarnya.”
‘Menurut gue, hal yang paling menyakitkan ketika kita saling
jatuh cinta dengan seseorang adalah ketika salah satu dari kita berubah.
Mengapa begitu menyakitkan? Karena dalam setiap perubahan hati, akan
menggoreskan luka pada hati lainnya.’
“Si
laki-laki datang kepada wanita itu. Datang menagih janji-janjinya. Wanita itu
menjawab, ‘harusnya kamu jangan percaya sama aku’ tanpa wanita itu sadari,
wanita itulah yang membuat laki-laki tersebut percaya. Laki-laki itu tidak
mampu menyalahkan wanita tersebut, amat berat baginya untuk menyalahkan wanita
tersebut. Satu hal, laki-laki itu menyayangi wanita tersebut. Ia tak ingin,
wanita itu terluka. Sejak saat itu juga, ayunan sebelah selalu kosong. Hanya satu
yang terisi, diisi oleh laki-laki itu yang selalu menunggu kedatangan wanita
itu. Banyak wanita lain yang datang, namun laki- laki itu tak pernah melirik
wanita lain yang datang. Ia ingin menepati janjinya bahwa ia akan bertahan,
menunggu wanita itu kembali dengan hati yang penuh luka.”
“Aku
harap, kamu mengerti. Kamu sadar. Aku harap, kamu kembali.”
Biar mirip kayak di pilem-pilem. Imajinasi gue “Based on
true story”.
Uh, kok jadi menyedihkan gitu ya ceritanya.
Kini, imajinasi yang tadi menari-nari sedang duduk,
beristirahat. Mungkin mencoba menemani laki-laki di dalamnya.
Gue pun terlelap.