ini tulisan singkat saja, penulis baru saja kelar dari sebuah pertandingan basket. tapi kali ni, masih nonton, besok baru main.
Pulang dari sana, nggak langsung balik. Tapi nunggu ke Indomaret dulu,,, supaya bisa fokus balesin Min, yang udah gue selingkuhin selama pertandingan berlangsung.
Tapi itu semua nggak penting, karena semua juga nggak berjalan dengan baik.
Lalu pulang, sambil berbicara sendiri di atas motor.
Lama - lama bisa gila saya dibuatnya.
Sampai rumah, kondisi rumah ramai, hingga sepuluh menit berjalan, penghuni rumah pergi. Sisah sendiri lagi, seperti biasa.
Maka berakhirlah saya di sini.
Satu hari sebelum saya bertanding besok, mungkin gue mau mengutarakan apa yang menjadi kegelisahan gue.
Ngomongin soal jatuh cinta, hal paling buruk dari gue tentang cinta adalah gue nggak pernah bisa merelakan masa lalu gebetan gue. Bisa disebut - sebut, sebagai cemburuan. Ketika gebetan ngebahas soal cowoknya yang lama, atau seseorang yang pernah dia suka. Entah mengapa, gue bisa bete seharian, bahkan bisa seminggu, sampai gue benar - benar habis melahap rasa cemburu itu pelan - pelan.
Perasaan nggak percaya dan iri, adalah komponen utama penyusun cemburu. Nggak percaya, bahwa wanita secantik A bisa suka sama laki - laki kayak B. Iri bahwa, kok B bisa, dan gue nggak ?
Gue ini kenapa sih ? selalu aja terbentur dengan ruang cemburu. Ketika lagi telponan, nggak jarang, tangan seketika menjadi lemas.
Pernah tuh sekali kejadian, gebetan lagi cerita mantan terakhirnya, tangan kanan tiba - tiba panas dan hape jatoh. Kepanasan terbakar api cemburu.
Yang parah adalah, gue sadar bahwa, jatuh cinta adalah hal yang biasa dan wajar. toh, gue juga jatuh cinta sebelumnya. Tapi kenapa, merelakan begitu sulit ? Satu kata yang tepat menggambarkan gue, adalah egois kronis.
Nggak tahu kenapa. Itu momok bertahun - tahun. Padahal, di kamar, di depan kaca, di hape. Selalu gue cantumkan salah satu lirik dari coldplay.
i promise that i will learn from my mistakes.
Tapi untuk kesalahan yang satu ini, butuh waktu. Jujur, gue tersiksa dengan ini.
Gue nggak akan memberikan pembelaan seperti, cemburu kan tanda perhatian, tanda sayang. Gue rasa, cemburu itu perlu sebuah keseimbangan. Cemburu yang tak terkontrol berujung pada keposesifan. Yang parah, cemburu yang tak terungkap. Menohok hati sendiri.
Nggak ada yang baik dari sebuah rasa cemburu, lek !
Rasa takut muncul ketika cemburu datang, dan mulai bekerja secara cerdik menciptakan berbagai prasangka - prasangka buruk.
Bahkan ketika udah saling jatuh cinta, gue masih belum bisa percaya seratus persen pada pasangan. Yah kita semua tahu, sebuah cinta tumbuh dari kebersamaan yang berulang.
Tapi enggak tahu juga. Jatuh cinta memang banyak rasanya.
Salah satu yang enak adalah,,,
saling jatuh cinta itu meredakan, menenangkan, malam yang kasar dengan cara yang unik ; memberikan kepastian bahwa tidak perlu ada kekhawatiran esok kita tidak akan bahagia.
tapi gue nggak akan meninggalkan tulisan ini dengan kepedihan seperti biasanya, maka dari itu gue sisipkan puisi dua bulan lalu,,,
Judulnya,
Pisang Goreng,
ini piala dunia, kamu berada di pihak mana ?
inggris ? argentina ? spanyol ? atau perancis yang dijagokan ?
atau jangan - jangan, indonesia ? yang bahkan nggak ikut.
kalau soal kacang, kamu suka pilus atau garuda ?
aku tidak perduli kamu di tim mana.
apalagi soal kacang.
yang aku perduli, aku berani terjaga hingga malam untuk kamu.
tapi, mama sempat marah soal ini.
namun mama adalah sosok yang paling pengertian, dia paham bahwa aku cinta dengan kamu.
ini piala dunia, kamu tahu, mereka latihan keras ?
ini aku, kamu tahu, aku berusaha keras ?
biar lebih mudah, begini saja.
malam ini, aku hanya ingin bersama kamu.
entah belgia atau pantai gading yang tengah bermain, aku hanya ingin kamu.
kalau kamu diibaratkan kacang, kamu mau jadi pilus atau garuda ? yang manapun aku tetap suka.
sekali lagi, ini bukan soal tim mana atau kacang mana yang lebih unggul. ini tentang kamu, dan langkah awal aku mendapatkan kamu.
kedepannya ? aku tidak tahu.
sudahlah, aku cinta kamu.
dan aku akan tetap hidup sampai dua ribu tahun lagi untuk itu.
Juni, Ketika Piala Dunia
dikarang di Neptunus, tahun 2054.
Saat itu, kepalaku hanya ada kamu, Min. Aku ambil kertas, lahirlah puisi itu. Dibuat dengan waktu yang singkat dan penuh kecerobohan, tapi tidak melupakan rasa di dalamnya. Semoga kamu terhibur.
Kalian nggak suka ? aku tidak perduli. Itu hanya untuk Min.
Min nggak suka ? aku tidak perduli, aku pun merasakan hal yang sama.
Mana ada judul puisi pisang goreng,,,
Yah itu, hasil dari kecerobohan tanpa ada perbaikan. Aku kira malam itu, aku akan menulis tentang pisang goreng. tapi ternyata, pena dan hati, maunya menulis tentang kamu.
Segitu saja tentang asal usul puisi pisang goreng, juga tulisan ini.
Cao !