Saturday, August 11, 2018

Tentang Kebahagiaan Sederhana-ku



Kalau kalian sedikit lebih teliti, postan terakhir gue itu berada pada tanggal 20 dua bulan lalu. Mungkin, jawaban dari itu semua adalah, belakangan ini gue lagi nggak menemukan sense untuk gue menulis. Jawaban klasik, tapi itulah.

Nggak terhitung ada seberapa banyak hal yang mau gue ungkapin di sini. Tentang segala hal yang telah \ atau tengah dan akan berubah.

Seperti, gue keterima dua dari tiga tahap pertukaran pelajar ke Amerika, dan satu tahap lagi, untuk bisa ke sana. Bayangin aja kalo gue lolos ! Gue pasti,,, sedih banget. Yah apalagi, gue harus siap kehilangan berbagai temen ketika gue kembali ke sini lagi  Pasti,,, gue bakal kesepian. Tapi... meninggalkan segala bentuk kerikil jalan lama untuk menyambut sebuah jalan baru melalui satu tikungan tajam di Amerika di depan mata. adalah harga yang mungkin, pantas. Dan tentu, akan gue bayar.

Salah satu hal lainnya adalah,,,,,

Gue mencalonkan diri gue sendiri sebagai Ketua Osis di sekolah gue. Kenapa ? yah ini semua, berhubungan dengan nyokap gue yang nggak berani bermimpi tentang anaknya. Nyokap ngerasa bahwa nggak mampu untuk bisa mengejar kehidupan di dunia luar. Gue ? 

Philippians 4:13 : I can do all this through him who gives me strength.


Ya, itu.

Terkadang memang, ukuran dari seseorang beriman atau tidak, sangat nyaris tidak bisa dilihat dari seberapa sering dia pergi ke tempat ibadah. Tapi dari seberapa sering dia 'beribadah', bersyukur, memaafkan dirinya sendiri, dan, seberapa percaya dengan Tuhannya.

Bahkan ada temen gue yang rajin banget ke gereja. Semua acara ikut, tapi gue rasa hatinya kosong. Percaya takhayul secara berlebih. Dan, bertingkah seperti orang tidak punya Tuhan. Konsepnya gini, seberapa pintar seseorang tidak bisa dilihat dari hasil ulangan nya di sekolah.

Ada tuh, temen gue yang rajin banget belajar, dan memang, nilainya tinggi dalam setiap ulangan. Tapi gue rasa, dia nggak lebih pinter dari gue sama sekali. Di satu sisi, ada orang yang tanpa belajar bisa mengerjakan semuanya dengan baik dan dapat nilai tinggi. Di kubik yang lain, ada lagi orang yang nggak belajar dan nggak berusaha atas nama nilai, tapi justru, dialah yang paling pintar.

Gue rasa, ayat itulah yang membuat gue bertahan. Gue tahu bahwa gue bisa melampau semuanya dengan bantuan Tuhan. Tapi sekali lagi, gue juga percaya, bahwa semuanya juga butuh usaha. Kalo lagi ulangan umum atau lagi ada ulangan, gue jarang belajar tapi rajin berdoa. Tentu, gue bukan minta nilai gue tinggi, karena itu hampir mustahil tanpa belajar dan gue sadar itu, hal yang gue minta hanyalah supaya hari gue tenang dan berjalan seperti biasanya. Intinya, gue hanya minta ketenangan demi kebahagiaan di hidup gue secara keseluruhan.

Dari situlah, gue berusaha sebisa gue. Mencari berbagai batu loncatan, pinjaman untuk gue kuliah nanti. Ada ? Sejauh ini belum ada. Lalu ? Gue ciptakan sendiri. 

Gue ikut pertukaran pelajar, biar gue dapet sertifikat, biar gue dapet beasiswa di luar. Biar gue bisa, gunain itu untuk kuliah. Gue ikut osis dan menjadi ketua osis supaya gue dapet sertifikat, supaya gue bisa kuliah. Gue lakuin itu semua, adalah cara gue untuk menciptakan batu loncatan gue sendiri. Karena gue sadar, gue bukan dari keluarga yang bisa dapet mobil tanpa harus minta. Bukan orang yang bisa dapet motor ketika minta motor. Bukan juga dari keluarga atas - atas yang lainnya.

Gue lakuin itu semua, untuk merubah hidup gue. Supaya, gue bisa bahagia.

Itu.


Mengenai hal lain tentang kebahagiaan. Ini, salah satu yang gue menjadi hambatan gue dalam hati ketika memutuskan jadi ketua OSIS. Adalah, gue rasa bahwa gue akan kehilangan kebebasan dan kebahagiaan dalam hidup gue. 

Gue udah ngerencanain banyak hal untuk SMA, salah satunya, gue bakalan bolos, kasus, dan lain - lain. Mungkin, semuanya akan terhalang oleh OSIS. Atau, lihat saja nanti. 

Salah satu rencana lainnya juga adalah, mengutarakan perasaan gue kepada Min.

Yang saat ini, mungkin, tengah biasa - biasa saja sama gue. Atau, masih nggak mau. Tapi nggak apa - apa, good thing takes times.

Kamu sabar saja, tenang saja. Boleh juga siap - siap. Aku pasti akan jujur dan mendapatkan kamu !
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semoga.
Read More

Wednesday, June 20, 2018

di mana kamu

Sebenarnya gue nggak tahu harus mulai darimana. Semenjak terakhir kali gue di sini, tentu ada banyak yang terjadi. Banyak hal yang baik yang pengin gue ceritain.

Tapi sekali lagi, tujuan gue kesini pukul satu pagi bukan untuk menceritakan hal yang baik. Sudah dua hari, hidup gue kayak mau mampus.

Mungkin tulisan ini bakal menang tulisan terjelek.

Di satu sisi gue nggak tahu harus menulis apa. Di lain sisi gue sadar bahwa gue harus nulis.

Singkat cerita, Min kecewa sama gue. Gue nggak mau cerita apa - apa. Karena gue tahu, menulis tentang itu hanya akan memperburuk keadaan. Bisa saja dia lebih kecewa lagi.

Kali ini mungkin gue berusaha bukan tentang Min, tapi selalu gagal.

Kalo kalian mau tau, gue udah ngetik - ulang, ngetik - ulang,. ngetik - ulang. Tulisan ini.

Seperti biasa, ketika gue ada apa - apa, gue selalu menghabiskan hari bersama diri gue sendiri. Gue lari sendiri, gue makan sendiri, gue nonton sendiri. Apakah itu membantu ? Ya. Cuma sesaat.

Seperti biasanya juga, malam ini akan menjadi malam yang panjang.

Sadar akan kesalahan yang telah gue buat, gue sendiri pengin kasih waktu untuk dia sendiri. Tapi, gue nggak kuat lama - lama. Pengin nangis rasanya.

Gue sendiri, udah berusaha minta maaf. Berkali - kali. Tapi gue juga sadar, maaf nggak pernah cukup. Jadi, mungkin kalo dia masih marah itu normal. Pengin sekali gue bertemu, lagi, gue tau itu hanya bunuh diri. Gue sempet nekat dateng ke rumahnya. Sampai - sampai gue membatu di depan gerbang, tahu bahwa bunuh diri bukan suatu solusi, gue kembali pulang.

Soal maaf itu,, mungkin ada yang perlu Min sadari.

Ketika gue berusaha minta maaf, maaf pertama adalah maaf yang sesungguhnya dari hati. Sisahnya, adalah permohonan gue untuk Min agar tidak pergi.

Kaulah ahlinya bagiku.
Read More

Friday, June 8, 2018

Sebaiknya, jangan berandai - andai.


Pagi.

Seperti biasa,,, kalo gue kembali, pasti ada apa - apa.

Gue adalah orang yang percaya bahwa jumlah update-an di sosial media berbanding lurus dengan tingkat kegalauan seseorang.

Contoh nya, gue sendiri. Entah kenapa, tiba - tiba tangan gatel untuk ngepost berkali - kali. Ya tujuannya sih sederhana dan cuma satu ; ngode. 

Galau itu fana, ngode yang abadi.

Gue tuh sering banget, kalau sudah upload, kira - kira udah diliat oleh seseorang, entah kode nya dapet atau kagak, buru - buru diapus. Dengan begitu, hatipun sedikit lebih lega. 

Soal cerita menarik yang gue janjikan kemarin, gue menolak untuk bercerita kali ini. Masalahnya, gue belum minta izin sama Min. Tapi alasan terbesar gue untuk tidak menulis berkaitan hal itu adalah, jika tulisan itu benar ada, toh nggak akan merubah apa - apa. Atau bahkan, hanya akan memperburuk keadaan.

Dan aku tak punya hati, untuk menyakiti dirimu, dan aku tak punya hati untuk mencintai dirimu. 

Itu barusan sepatah lirik lagu Chrisye, gue lagi demen aja dengernya. Coba gih, dengerin Andai Aku Bisa - nya Chrisye, tapi cover Michael Pelupessy. Iya, yang I Idol kemarinn..

Ngomongin soal lagu,,, gue selalu minder. Gak lain, karena gue adalah orang yang sangat menikmati musik, dan tentu saja, pengin gitu bisa nyanyi - nyanyi. Tapi apa daya... Terakhir kali gue nyoba nyanyi bareng kawan,

" Ih kok gak masuk sih. "

" Ih bukan begitu. "

Tapi gak jarang juga ada yang muji suara gue ,, " Suara elo bagus Lex. " Lalu... " Tapi, lebih bagus diem." 

Tuhan...

Ngomong - ngomong, kalian pernah gak sih, ngechat seseorang tapi nggak dibales ? Maksud gue, posisikanlah kita semua tau bahwa orang yang kita chat, itu tengah megang hape. Namun, balasan gak kunjung dateng. Pernah ? 

Gue sering.

Tuhan...

Terus - terus, kalian pernah gak sih, merasa chat itu terjalin hanya sebelah tangan. Kayak, kalian selalu memulai sesuatu, lalu sosok dia hanya menerima dan menerima. Selamanya. Sampe kalian nggak tahu harus ngomong apa, gue rasa semua kita pernah. Atau, ada yang kagak ?

Di sini,,, gue cuma rindu masa - masa SD - SMP. Di mana semuanya begitu asik. Gue rindu masa - masa berusaha atas wanita bukanlah hal yang sejahat itu. Ya okeh, SMP gue emang jahat, gue harus nangis berkali - kali untuk cewek. Tapi walaupun begitu, rasanya, asik aja gitu. Mungkin, gue juga rindu tentang berbagai hal - hal di sarang lama. Memang benar, gue percaya, beberapa burung memang tidak ditakdirkan untuk dikurung. Gue rasa, gue kangen temen - temen dan hal - hal lama dalam hidup gue.

Oya, sejauh ini, gue enjoy banget nulis. Gue sambil dengerin lagu All I Want - Kodaline, coba geh dengerin, mungkin perasaan kita bisa sama. Gue yang menulis, dan kalian yang membaca. Siapa tau, Kodaline dapat jadi jalan tengah bagi kita. Penghubung. 

Kalian sadar gak sih, kalo lama - lama, kita kehilangan berbagai sosok secara perlahan - lahan. Secara sadar aja, di tempat gue tinggal,, tetangga - tetangga sekitar udah mulai nggak ada satu per satu. Inget banget, Ko Sin - Sin,, tempat gue beli lilin kalo lagi mati lampu. Apuk, tempat gue minjem kaset - kaset kartun kala kecil, atau bahkan, Papa gue sendiri, tempat gue menemukan kehangatan dan aroma khas ( bau rokok ) juga menghilang. Atau ada ini, di sebelah rumah gue, belom lama ini udah lumpuh dan diam kaku di kursi roda. Berarti kan bentar lagi,,,,,,,,,,


hihihi


Gak cuma itu, hal lainnya. Gue kehilangan Joni. Dia adalah sosok yang benar - benar gue cinta di kalanya. Sekarang, dia bahkan nggak ada di jangkauan tangan gue lagi. Dulu ? dia nggak pernah lepas dari pelukan gue.

Kemarin, gue ngeliat Joni tampil di salah satu cafe. Nyanyi, main gitar. Bagus banget. Gue masih inget, dulu ketika dia masih belom bisa main gitar, janji bahwa dia bakal bisa main gitar. Dan sekarang, dia udah tampil di cafe - cafe ?! Gila !

Hidup semua orang berkembang. Berjalan terus. Yang menyedihkan adalah, kita di sini - sini saja. Gue denger dia deket sama berbagai orang. Rasanya sakit, bukan karena gue masih nggak ikhlas, tapi karena, ya itu tadi. Sosok gue yang masih belom kemana - mana.

Gue hanya tengah merindukan beberapa hal lama yang kian menua dalam hidup gue. 

Gue ngerasa bahwa gue gagal untuk menemukan kenyamanan baru bersama Min atau sosok - sosok lainnya. Sesederhana, bahwa mereka nggak mau. Dan lagi, gue nggak menyalahkan siapa - siapa. Kayak salah satu kalimat di tulisan gue sebelumnya, Semua wanita pantas untuk bahagia.

Kalo udah begini, gue selalu cerita dan pulang ke dua hal : Nyokap - Blog ini.

Gue bilang ke nyokap bahwa gue ditolak cewe terus. Nyokap cuma ketawa. ' Nanti kalo udah dapet, kenalin ya. " " Tenang, kalo mama nggak setuju, Alex langsung putusin. " " Kalo ada aja nggak, apa yang mau diputusin ? " " Nggak gini..." 

Nyokap memberi gue kebebasan untuk berpacaran dengan siapapun. Gue juga pernah nanya kalo gue pacaran sama laki gimana, nyokap cuma bilang, Terserah. Kalo gue hamilin anak orang gue juga pernah nanya, ' Tanggung Jawab', itulah yang keluar dari nyokap.

Nyokap memang serealistis itu.

Lalu gue kembali ke blog ini lagi,,,

makasih ya log, kamu udah mau dengerin cerita akuuuuuu


Sebenernya, gue kembali ke sini, karena hati gue lagi gaduh aja. Nggak nyaman. Sama siapa lagi ???

Hari ini, tepatnya, di bawah atap Ayam Geprek, gue dan kawan - kawan laki yang lain ngumpul. Di tengah pembicaraan, temen - temen pada nyeletuk soal Min. Ada kabarnya, bahwa si A lagi berusaha,, bahwa si B katanya juga lagi berusaha, Si C udah jadian ( yang ini langsung gue sebor air teh ). Bukan apa - apa, itu di antara gue nggak percaya atau nggak ikhlas.

Ada yang bilang bahwa Min juga suka sama A karena baper atas sesuatu, ada yang bilang juga bahwa Min deket sama B, si C? dia udah gue amankan.

Dari salah satu nama yang diperbincangkan, ada yang bilang bahwa satu cowok juga udah masang foto Min di salah satu akun, ada yang bilang juga bahwa A punya pacar, tapi berusaha atas Min, lalu Min juga punya perasaan yang sama.

Mereka semua ketawa - ketawa, seru dan bercampur dalam pembahasan. Gue nggak bisa ketawa. Tepatnya, nggak bisa merasakan apa - apa.

Gue putuskan untuk pulang duluan dan nggak ikut ke destinasi mereka selanjutnya. Sepanjang perjalanan, rasanya gue pengin nangis. Semua pembincangan yang terjadi memenuhi ruang kepala gue. Yang menyedihkan adalah, ketika gue kembali melihat ke diri gue sendiri.

Dipandang sebelah mata, dianggap hanya mengganggu, enggak pernah dipeduliin, dicuekin, atau mungkin, gue juga hanya dianggap sebagai lelucon.

Percaya ama gue, kalian nggak tahu rasanya itu semua.

Rasanya pengen nyerah, tapi sekali lagi, gue nggak akan.

Kecuali kalo,,,, Seperti yang sudah berkali - kali gue katakan, gue akan berhenti ketika Min yang meminta. 

Bukan gue nggak mau berusaha, tapi gue hanya menghargai pilihan Min. Sekali lagi, semua wanita pantas bahagia.

Kalo udah begini, biasanya gue suka melakukan hal - hal gila sendirian. Melakukan hal - hal yang hanya dilakukan oleh professional. Biasanya, gue bakalan pergi nonton sendiri, atau pergi ke cafe sendiri. Memesan segelas milkshake, mungkin karena kopi terlalu pahit untuk diminum di saat - saat seperti ini. Pokoknya, gue banyak menghabiskan waktu gue sendiri. 

Gue enggak tahu, apa yang menyebabkan Min nggak mau menerima gue. Mungkin kalo dibahas, sisa hidup gue-pun nggak akan cukup. Atas dasar itu pula, yang bisa gue lakukan hanya berdoa dan berharap,,, bahwa Min nggak suka sama gue, sederhana bukan karena gue adalah gue.

Habisnya, gue bisa apa lagi ? 

Satu pertanyaan lagi, kalian pernah nggak sih, jatuh cinta sebegitu besarnya, sampe - sampe hati udah kayak rumput yang mengembun di pagi hari, sedingin itu. Atau sampe kalian nggak berani ngelangkah maju karena trauma ? 

Atau pernah gak, kalian merasakan kepulan - kepulan kenangan hadir menemani ketika sendiri, yang lalu, kalian nggak pernah bisa berbuat apa - apa. Hanya menikmati walau sakit dan penuh rindu,,,

Rasanya, dari semua itu, 

Min telah berhasil membuat gue sebagai juaranya.
Read More

Wednesday, June 6, 2018

Tolong, Katakan Pada Dirinya.



Gue senang bisa kembali lagi ke sini dengan keadaan damai. Dalam artian, enggak ada benar - benar sesuatu yang menjadi beban kepala. 

Kali ini, enggak aneh - aneh kok. Gue cuma mau sekadar mengingat apa saja yang terjadi selama gue SMA ini. Jujur, enggak kerasa banget kalo tahun pertama SMA gue sudah mendekati kata selesai. Jujur, gue bimbang. Rasanya, benar - benar kayak belum siap untuk beranjak, namun terlalu bosan untuk hanya diam. 

Di SMA, mungkin ada banyak hal baru yang gue jalanin. Kayak debat, salah satunya. Asik ? banget. Merasa seru ketika bisa mencoba hal yang baru. Yang menyedihkan adalah, ketika gue perlahan - lahan sadar, gue meninggalkan gue yang lama. Karena nyatanya, gue belum benar - benar mau pergi dari sosok yang lama.

Sebagai gambaran, gue ngerasa, ketika SMP, mendapatkan wanita bukanlah satu hal yang benar - benar sulit. Ibaratnya, semua cewek mau sama gue. Beda sama masa SMA, yang gue rasa, modal diri saja tidak cukup. Yah, bukan gue bilang semua cewek enggan sama laki - laki kere, tapi gue rasa, semua cewek memang pantas bahagia. Kalau ada cowok bermobil, kenapa harus motor ? 

Semua cewek pantas bahagia. 

Beberapa potong kalimat barusan adalah ungkapan hati terdalam dari seorang laki - laki gagal.

Gue enggak nyangka, bahwa tahun pertama gue di SMA, gue enggak pacaran sama siapa - siapa. Atau setidaknya, saling punya perasaan sayang yang sama dengan seseorang. Rata - rata, ada yang sayang sama gue, tapi gue kagak. Ada yang gue sayang, tapi dia kagak. Itu terjadi terus menerus. Sialan.

Melihat data pahit tersebut, gue putuskan untuk merenung. Bersemedi. Gue rasa, gue menemukan satu jawaban yang pasti.

Kalau pertanyaanya, kenapa gue bisa jomblo selama SMA, kenapa gue nggak dapet pacar, kenapa gue selalu gagal dalam mendekati wanita, kenapa gue selalu jadi cemen, kenapa titit gue enggak membesar, eh kok....

Jawabannya sederhana, dan memang ada di sekitar diri gue sendiri. Mungkin, ini juga akan menjawab keresahan yang sama, kalo - kalo aja kalian merasakan.

Yang harusnya dilakukan adalah, datang untuk membuat bahagia, bukan datang membujuk agar mau. 

Selama ini, gue selalu terang - terangan untuk bikin seseorang mau. Padahal, kuncinya terdapat pada satu untai kata ; bahagia. Gue rasa, kalo setiap cowok selalu berhasil membahagiakan semua gebetannya, dunia akan menjadi tempat yang lebih menyenangkan. 

Yang sulit adalah, selalu ada lelaki malang yang bahkan enggak pernah punya kesempatan untuk membahagiakan. Gak adil, memang.
Seperti, cowok - cowok kurang beruntung, yang udah kena label ' semua cowok itu brengsek ' secara sepihak dari pihak wanita. Yah hidup memang kadang enggak enak. Padahal bisa saja, mereka adalah sosok - sosok yang butuh waktu untuk buktiin bahwa mereka bukan seperti itu...

Bisa aja kan ?

Ringkasan semester satu masa SMA gue adalah, gue merusak nama gue sendiri. Yang gue sadari waktu itu, gue jomblo, gue enggak ama siapa - siapa, artinya, gue bebas untuk bisa main sama siapa saja, foto sama siapa aja, posting sama siapa aja. Tapi ternyata enggak. Gue yang begitu, justru merusak nama baik gue. Gue sadar akan hal itu.

Dari situlah, ribuan jenis dan macam penolakan hadir dalam hidup gue. Dan, gue selalu saja bisa bertahan dan merasa gapapa. Eh, enggak juga sih. Sama seperti manusia lainnya, gue juga merasakan kesedihan.

Tapi,Salah satu alasan gue merasa gapapa adalah, Gimana ya, bahkan gue percaya, David Beckham aja pernah ditolak.  Hal serupa juga dialami oleh Bradd Pitt, Adipati Dolken. Apalagi cuma seorang Alex ?

Tapi sudahlah, enggak apa - apa juga. Mungkin kelas sebelas nanti, gue akan berhasil. Semoga.

Oiya, baru - baru ini, Indomaret deket rumah gue semacam kerja sama dengan salah satu cafe gitu. Jadi di sana, ada berbagai jenis kopi, frappe, atau jus. Yah, ibaratnya, Starbuck Merakyat. Harganya memang merakyat, tapi cukup untuk gue gagal makan enak selama dua hari.

Kalo enggak salah, namanya, Point Cafe atau apa gitu, gue lupa.

Karena deket, cuma empat puluh detik dari rumah  (  kalo naik lamborghini. ), berhubung gue naik motor keluaran dua ribu tiga, jadi sepuluh menit. Dan itu buka sampai malem. Kadang - kadang, kalo gue lagi bete di rumah, lagi mumet, gue suka beli satu. Entah latte atau frappe, tergantung mana yang diskon hihi.

Rasanya, setiap kali gue sedot, manisnya berhasil mengusir segala beban di kepala. Beneran...

Kayak, gue pernah, jam sepuluh, rasanya mau nangis entah kenapa. Terus yasudah deh, gue beli secangkir Cookies & Cream, enggak lama, gue merasa enakan. Enggak lama lagi, gue kembali merasa enggak enak. Iya, duit jajan dua hari habis dalam sekejap.

Yang keren lagi, di cafe itu juga, nama kita bisa ditulis gitu. Yah mirip - mirip sama itu lah...

Ngomongin soal pelarian masalah terus, gue jadi pengen ngomongin tentang masalah yang lagi gue alamin belakangan ini.  Masalah kesehatan tepatnya.

Sejak kelas sepuluh, gue jadi sering mimisan. Enggak ada angin atau apa, gue mimisan. Dalam 24 jam terakhir, gue udah dua kali mimisan. Padahal, enggak ada apa - apa. Gue jadi khawatir. Takutnya, hal itu terjadi di saat - saat yang kurang tepat. Kayak waktu itu, gue lagi wawancara OSIS. Semua calon anggota OSIS pada takut untuk masuk ke ruang wawancara. Kebetulan nama gue berinisial A, jadi wajar untuk dapet giliran pertama.

Semua wajah pendaftar terlihat serius dan tegang. Enggak lama, keluar dari pintu, seorang laki - laki ngibrit secara tidak jantan dengan hidung berdarah - darah.

Suasana Chaos.


Enggak pernah lupa pengalaman itu, gue beneran mimisan ketika lagi wawancara. Saat itu ketika gue ditanya, gue jawab, " Ini baru kali ini kok, biasanya enggak pernah. " Semakin gue sadari, semakin sering pula ternyata gue mimisan.

Gue jadi cemas. Mungkin ini efek - efek dari kelamaan kurang perhatian. Juga efek- efek dari hati yang butuh peratapan.

Ngomongin soal patah hati lagi, sejak beberapa waktu yang lalu, gue memutuskan untuk melakukan salah satu kegiatan gue di SMP : bikin soundcloud. Tapi kalo dulu, gue upload secara asal, dengan kualitas seadanya. Kalo yang ini, agak gue perhatiin lebih.

Tapi, yang dulu lebih booming kenapa ya ? haha

Gue punya file yang lama, dan gue menolak untuk mengunggahnya kembali. SMP gue sempat terguncang oleh sebuah rekaman dari gue. Pantas, gue memang hebat kala SMP. Melempem ketika masuk SMA, kayak kerupuk.

Bukan untuk apa - apa, gue cuma seneng saja melakukannya. Bukan untuk mencari sensasi atau apa - apa...

Kalian bisa temuin gue di soundcloud dengan mengklik :

https://soundcloud.com/al_eeks

Kalo - kalo, kalian penasaran...

Sejauh ini, baru ada dua sih... Yang pertama, gue rekam beberapa jam sebelum keberangkatan ke Lampung. Kala itu, di kamar kost, di Depok. Yang kedua, sengaja gue buat untuk seseorang. Isinya bener tentang keresahan hati gue. Untuk Min, gue rasa.

Belakangan ini juga, gue kembali jadi sering dengerin Budi Doremi. Musisi Indonesia favorit gue sejak masih SD. Gak lain, karena lagu barunya yang baru aja rilis 2018 ini. Coba geh kalian dengerin, nih, untuk yang males - males :

Budi Doremi - Tolong
Budi Doremi - Friendzone ( Live Sarah Sechan )

Yang Friendzone, itu gue suka banget yang lagi live di Sarah Sechan. Kalian bisa dengerin yang asli kok, gak kalah bagus. Mungkin kalian bakal nemuin hal - hal yang beda dari Budi ketika Live atau tidak, yang gue tau, itu emang gaya dia. Dan memang keren...

Oiya, gue udah mulai chat loh sama Min. Gue udah berani mengambil langkah. Sebenernya, mau gue masukin ke sini bukti chatnya. Tapi takut nangis sendiri ketika baca ulang. Abisnya,,,,...

Enggak. Enggak ada apa - apa yang salah. Semuanya berjalan dengan baik. Dia yang gue pikir bakalan jutek, ternyata, bener. Hihihi. Perasaan menunggu sebaris balasan mungkin melelahkan, tapi semuanya terbayar dengan satu dua kata yang masuk.

Kamu tau, sepanjang hari, ketika hape aku bergetar, aku selalu ngira itu adalah kamu. Dan gak jarang, aku salah.

Semuanya dimulai dari gue yang sendiri di atas motor. Komitmen, ketika sampai ke rumah bakal langsung mencoba dekat dengan Min. Dan komitmen itu benar - benar gue jalanin.

Gue enggak berharap banyak,,, karena gue juga tahu, kala itu di hari Jumat, Min berhasil membuat jumat gue selesai lebih cepat dari biasanya. Salah satu penolakan terjadi pada gue, membuat hari gue saat itu benar - benar selesai.

Hal yang gue harapin dari komitmen gue barusan, enggak banyak - banyak ; Min mau balas.

Ketika dimulai, satu dua jam belum ada balasan. Gue mulai pipis. Eh, pupus. Namun enggak lama, pesan balasan dari Min masuk, itu membuktikan bahwa Tuhan itu memang benar - benar ada. Setelah, beberapa jam berbalas dan bertukar pesan, gue juga jadi percaya, bahwa Setan juga benar - benar ada.

Tapi ada satu cerita menarik tentang gue dan Min. yah setidaknya, bagi gue. Mungkin bagi dia, bukan apa - apa. Bakal gue ceritain di tulisan selanjutnya.

Gue kehabisan topik untuk dibahas. Gue takut gue adalah sosok yang memang tidak pantas untuk Min. Ditambah lagi, kabar dari temen sekitar, banyak cowok - cowok lain yang tengah berusaha atas Min pula. Dan mereka, lebih dekat, lebih keren, lebih ganteng, lebih tajir.

Rasanya mau nangis.

Tapi sekali lagi,,,

Gimanapun juga, semua wanita pantas untuk bahagia.





Read More

Wednesday, May 23, 2018

Mimpi Adalah Jalan Gelap Tanpa Tanda Bahaya


Sesungguhnya, penganalogian di awal ini sukar menjadi sesuatu yang menyegarkan. Secara, kelihatan betul malas dan tidak bertanggung jawabnya sang penulis :

Blog ini ibarat selembar pemberian harapan palsu. Gimana tidak, para penghuninya yang tampil dalam wujud tulisan sering kali menjadi sesuatu yang tidak pasti. Ibarat kita berdua, tulisan adalah aku dan penulis adalah kamu. Yang mana, terkadang kamu suka menjamah aku sebagai tulisan, bersiap - siap dengan kamu pikirkan secara setengah matang, lalu seperti apel kamu gigit di bagian asal. Sampai di setengah perjalanan, kamu tidak lagi menemukan kenyamanan, lalu kamu biarkan hingga terlupakan. Aku yang sebagai tulisan, berakhir lagi di ruang draft, dan kamu memang tidak pernah salah, aku selalu dilupakan. 

Sekali - sekali sebegitu jahatnya penulis terhadap tulisannya sendiri. Tanpa terselesaikan, semuanya lanjut mengalir begitu saja terus menerus. Seperti sejauh ini, kira - kira sudah ada empat atau lima tulisan masuk ke dalam kolom draft. Yang pertama, tentang cerita nonton bareng Keti, juga tentang Papa yang kemarin baru genap empat tahun, tentang bagaimana dingin malam di Kota Depok, dan satu lagi, tentang apa yah ? Oh, tentang di mana aku naik gunung sendirian malam - malam dengan perasaan rindu juga kecewa terhadap Keti. Gak lupa, tentang bagaimana Min yang tega membuat hari jumat gue selesai lebih cepat daripada biasanya.

Ngomongin tentang Keti lagi, rasanya dia sudah bahagia. Tak jarang, pertanyaan bertubi - tubi dilontarkan kepada jiwa yang hafal akan rasa kekecewaan ini, " Perasaan ama Keti gimana sekarang ? " Pertanyaan yang mudah banget untuk dijawab. 

Bahagia.

Karena sesungguhnya Keti adalah sebuah belenggu berkarat yang tidak sengaja bertemu dengan kakiku di masa SMA. Saat itu, perlahan - lahan mulai aku menikmati rasanya, sembari perlahan - lahan melepaskan belenggu yang nyata, namun berkarat. Melihatnya bersama orang lain mungkin membuat kecewa, tapi balik lagi, dia memang enggak mau. Untuk berbagai alasan, gue menerima kekalahan gue. Salah satunya, mungkin laki - laki saat ini lebih mampu menculikknya tanpa harus kepanasan. Jikalau semua itu dibebankan kepada gue, yang mungkin terjadi hanya sekitaran tubuh ini yang rela menggendong entah sampai titik mana. Keti bahagia, gue juga. Juga sakit. hihih.

Tentang Min. Orang - orang selalu mencibir. Mengatakan bahwa gue bukan pribadi yang setia. Tak lupa dengan bumbu kenyataan yang bisa mereka temukan dalam setiap tulisan - tulisan gue. Tapi nyatanya enggak. Bagi gue sendiri, Min adalah idola selama - lamanya. Mungkin, tulisan - tulisan tentang wanita lain lahir karena dua hal : Tuntutan sebagai pencerita, dan karena Min tidak nyaman dengan gue.

Seperti yang sudah tertulis, Min adalah sosok idola selama - lamanya. Gue seneng harus beradu bersama diri gue sendiri ketika ada Min di dekat gue. Beradu untuk mencoba berbicara dan mengajaknya sedikit berbincang. Percayalah, perasaaan itu selalu datang. Dan percayalah bahwa tak jarang, gue kalah.

Mungkin Min tidak pernah tahu bahwa perasaan seperti ini muncul dua belas tahun sekali. Tepatnya, pada tiga desember sebelum adzan hari Kamis. Mungkin enggak juga akan terasa baginya tentang rasa kagum sebesar ini. Tapi nanti akan gue beritahu bahwa rasa ini benar ada, soal bagaimana mimik hatinya bergetar, semua kembali ada di tangan lembut dirinya. 

Gue rasa, gue menemukan kesalahan terbesar gue terhadap makhluk sempurna ini. Percaya atau tidak, gue memang telah salah. Yang gue sadari adalah, gue yang merupakan sosok bukan siapa - siapa, tiba - tiba hadir dalam sebuah kehidupan yang sempurna. Belum, belum gue sebutkan di mana salahnya. Yang salah adalah, gue seharusnya hadir untuk membuatnya bahagia, namun yang terjadi, gue hadir untuk membuatnya mau sama gue. Yah jelas, bahagia aja enggak, gimana mau 'mau' ?

Namun tetap saja, sekali selama - lamanya, gue nggak akan pernah sudah dan merasa cukup. Terkecuali, jikalau nanti saatnya telah tiba, Min menolak gue dalam hidupnya. Saat itu, itu adalah benar - benar cukup.

Karena sesungguhnya Min adalah sosok jalan remang cahaya juga berkabut tanpa tanda berhenti di dalam cerita SMA gue. 

Oiyah, tulisan ini bukan tentang Keti atau tentang Min. Apalagi tentang Ujian Kenaikan Kelas yang saat ini tengah terjadi. Bukan, bukan tentang itu semua. Tapi tentang bagaimana mimpi gue perlahan - lahan bisa tercapai. 

Belum pernah gue tulis di sini bahwa gue daftar program pertukaran pelajar satu tahun di Amerika Serikat. Dan ini tulisannya,,,,

Sekitaran bulan februari, gue mengikuti sebuah sosialisasi tentang program ini. Jujur, gue tau program ini bukan dari sana, tapi dari buku Beasiswa 5 Benua oleh Ahmad Fuadi yang gue temukan di perpustakaan. Mimpi untuk keluar negeri memang telah lahir sejak gue kenal Iron Man. Melihat mama yang enggak mungkin membiayai, gue sadar bahwa gue harus cari jalan lain. Bagi gue, SMA memang benar - benar masa terbaik, kalau dijalani dengan benar. Entah bagaimana kalian menjalaninya, SMA akan selalu tetap asik. Lakuin aja semua hal. Apapun. Jangan cuma diam duduk tanpa ikut apa - apa dan enggak jelas gitu saja. Bagi gue, apapun lebih baik ketimbang tidak sedikitpun. 

Dan, gue rasa, Tuhan benar - benar membukakan pintu bagi gue untuk menggapai mimpi ini. Sebagaimana tertulis bahwa Tuhan benar sekali pengasih bagi yang mau berjuang, gue berusaha.
Pada dasarnya, seleksi tahun ini terbagi atas tiga tahap. Di tahap pertama kemarin, dari seluruh Chapter Palembang ( di dalamnya terisi berbagai sub-chapter seperti Lampung,  Bangka, Bangladesh, eh iya enggak sih ? ) ada sekitaran 700an pendaftar. Semua itu terjadi dalam kurun waktu Maret sampai dengan April. Satu bulan hingga Mei dimanfaatkan oleh para penyeleksi untuk menentukan siapa yang layak lanjut ke tahap dua.

Gue inget banget, 10 Mei 2018 pengumuman tahap pertama. Dari segitu banyaknya orang, diambil empat puluh empat untuk Chapter Palembang. Dan kebetulan, dari Lampung cuma 5. Berbeda jauh dengan tahun - tahun sebelumnya yang kalau enggak salah informasi, minimal bisa puluhan. Kalo enggak salah ya.

Waktu itu, hape benar - benar seketika menjadi rame. Pengumuman diberikan. Gue enggak berani buka saat itu. Di grup Chapter Lampung ( berisi sekitaran 180 pendaftar ) yang keterima cuma lima, ramai - ramainya yang mengungkapkan kekecewaan. Ada juga yang mengucapkan syukur dirinya keterima. 

Dan gue, masih terhenyak. Jujur, program ini bukanlah program yang " Kalau keterima syukur, kalau enggak yaudah " bagi gue. Progam ini benar - benar menjadi " Harus keterima, kalau engga ya gak bisa yaudah - yaudah aja ". Sebesar itu pula mimipi gue menjadikan gue takut untuk melihat hasil pengumuman. 

Namun tanpa gue suruh, tanpa gue duga - duga pula. Berbagai teman - teman yang ikut daftar, mengucapkan selamat atas kelulusan gue. 

" Wih lulus, selamat yaaaa!!! "

" Ini Alex yang lulus itu ya? Semangaattttt!!! "

" Wih, harus  berhasil pokoknya !!! "

Gue beneran enggak tahu apa yang terjadi. Gue beranikan melihat hasil pengumuman, dan benar. Dari 44 orang, nama gue masuk salah satunya. Tanpa pikir panjang, gue ngibrit untuk kasih tau nyokap. Beberapa gelas air putih tidak cukup untuk meredakan kebahagiaan gue saat itu. Enggak banyak yang gue sadari selain, gue tahu gue bahagia.

Sampai ketika di mana satu grup diramaikan dengan sebuah pengumuman ; 

" Eh itu pengumumannya salah, sabar ya, tunggu follow up hasil update-an " 

Deg, deg, deg.

Saat itu, gue inget semua yang lulus berpasrah. Kecuali gue. Gue masih yakin bahwa gue beneran lulus. Enggak lama setelah itu, pengumuman terbaru beneran keluar. Gue udah siapin tisu, sambil dengerin lagu Maju Tak Gentar, gue  buka hasil pengumuman. Dan, Puji Tuhan, nama gue masih ada di sana. Dari lima nama dari Lampung, tida diantaranya digantikan oleh sosok lain. Kebetulan, gue enggak. Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Besar.

hihihi

Dalam kurun waktu yang sempit, para peserta yang lulus diminta untuk mengirimkan berbagai data ke alamat pusat. Gue kedebak - kedebuk karena suasana benar - benar mepet dan chaos. Tanggal dua puluh, seharusnya gue berangkat ke Palembang. Untuk masuk ke tahap dua. Jauh - jauh, gue sudah pesan tiket kereta. Nyokap bilang pengin ikut, tapi gue tolak. Gue beneran mau pergi sendiri saat itu. Selain karena gue lebih merasa nyaman sendiri, tapi karena gue ingin membuat lebih banyak cerita dalam hidup gue. Juga, seperti mimpi gue ke Malang desember yang akan datang. Iya, gue yang kangen Malang, punya rencana nekat. Untuk membawa uang secukupnya dan hidup beberapa hari sendiri di kota orang. Gue udah bilang nyokap, dan lagi, Tuhan Maha Besar. Nyokap ngebolehin gue. 

Nyokap memang sosok wanita terbaik dalam hidup gue, sederhana karena nyokap berani meletakkan rasa rindu dan cemas untuk ditaruh bersama kebahagiaan anaknya. 

Bagaimana nanti nasib gue, gue juga enggak tahu. Tapi kalau memang ada apa - apa, toh, itu adalah gue yakin bagian dari rencana Tuhan. Seperti hari ini, kepala gue ketimpa genting rumah orang yang merosot dari atas. Sialan. Mau marah, tapi sama siapa ? Memang sudah jalannya kali ya.

Oya, balik lagi,, tanpa ragu, gue benar - benar pengin berangkat ke Palembang, tanpa memikirkan bahwa gue ada UKK di sekolah.

Dengan sebuah tiket pulang pergi yang telah lunas, pengumuman lain muncul. Menyebutkan bahwa tahap kedua untuk Sub Chapter Lampung hanya akan dilaksanakan di Lampung. Gapake lama, langsung refund. Sayang duit atuh. Namun lebih dari itu, bukan duit yang gue sesali, tapi kekecewaan. Berbicara mengenai jumlah duit, keempat teman lainnya bahkan telah menghabiskan banyak sekali duit ketimbang gue, secara mereka semua wanita dan butuh pendampingan sosok lain. Ada yang pergi bersama keluarga, adik, kakak, atau teman. Artinya, mereka telah menghabiskan duit lebih ketimbang gue yang sendiri. Jadi, mengeluh soal duit bukanlah hal yang tepat, toh bisa refund.

Hanya saja, rasa kecewa yang begitu nyata benar - benar hadir. Entah kenapa, gue beneran kecewa.

Lalu tanpa lama - lama, tanggal 20 Mei hadir. Seleksi tahap dua dilakukan. Gue, adalah peserta pertama yang hadir di lokasi. Semangat, hihihi.

Tes dua meliputi berbagai pertanyaan bertubi - tubi melalui interview. Saat itu pula, pertama kalinya gue beneran ketemu sama peserta yang lain. Kemarin - kemarin hanya bercuit satu sama lain di Line. Gue rasa, gue telah melalui itu semua dengan baik.

Terbagi atas dua tahap, yang satu adalah wawancara Bahasa Indonesia, gue inget banget dipimpin sama wanita tegas berwibawa bernama Mbak Sari. Entah nama lengkapnya siapa. Yang kedua, wawancara Bahasa Inggris, gue inget sosok pewawancaranya, seorang perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang untuk pertama kalinya datang ke Lampung, dan secara ajaib bertemu manusia kayak gue. Namanya Karen, sosok yang bingung dengan cerita gue tentang hebatnya nasi uduk.  Setelah beberapa saat gue ngoceh panjang lebar tentang Nasi Uduk, yang gue pikirkan saat itu adalah, semua orang tahu itu adalah salah satu jenis nasi. Yang gue salah adalah, Karen enggak tahu apa itu nasi. 

" Wait, what is actually nasi uduk youve been talking about ?

lalu ada hening yang panjang.

Dia juga nanya gue, terkait pengalaman pertama dia ke Lampung, wisata alam apasih yang bisa disaranin. Gue langsung jawab dengan tgeas.

" You had come to the right place, Karen. Lampung is a hidden heaven for us Indonesian. It is not Bali, yet it is Lampung. I have so many recommendations for you. .... " 

Semuanya berlanjut, gue yang sok sokan, cerita kalo gue adalah siswa SICITA. Emang agak susah menjelaskannya. Secara, gue enggak tahu apa SICITA dalam bahasa inggris. Berakhirlah gue dengan penerjemahan secara mentah - mentah Students Loves Nature dengan sebuah elaboration yang singkat dan tidak padat. Tapi memang, sosok sebesar Karen pasti punya otak yang tinggi. Dia paham maskud gue.

Lalu gue cerita pengalaman naik gunung sendirian tanpa senter malem - malem. Lalu kita sama - sama tertawa dengan cerita yang gue bawain, banyak hal terjadi, sampe akhirnya Karen nanya gue lagi.

" So what are the recommendations? " 

Dan, deg... Gue lupa. Entah kenapa, gue enggak bisa menemukan jawaban untuk itu. Seketika ngeblank, gue inget banget gue jawab Gigi Hiu. Yang sekaligus gue artiin secara mentah, Shark's teeth' juga dengan elaboration yang minim. 

" It is a place where random stones are there in random places also, most of them were sharps, thats why its called so. Eventhough u cannot swim into it, but you can feel that you are alive... "

Terus dia seneng gitu. Gue bersyukur.

Pertanyaan lainnya juga sekitaran kehidupan di sekolah, keluarga, hobi, mimpi, ambisi, atau tentang program ini sendiri. 

Gue yang cerita bahwa gue adalah movie freak, juga sempat ditanya seandainya kepilih, mau ditempatin di mana. Gue jawab, Los Angeles or New York. 

" No wonder, hahaha " Kata Karen sambil ketawa kecil.

Gue ngejelasin bahwa di sana memang ada Hollywood, dan hal lain. tapi yang soal New York, gue cerita bahwa di sana ada gereja - gereja yang megah. St. Patrick, St. John The Divine, Riverside, dan lain - lain gue ikut sebutkan. Gue katakan bahwa nyokap sangat suka dengan hal - hal gereja seperti itu. Dan kalo gue udah di sana, gue bisa cerita juga ke nyokap sebagai versi anaknya tersayang yang tengah berhasil. Semua informasi itu gue dapetin, sebenarnya sebelum gue masuk ruangan. Ya googling lah. Biar kelihatan berwawasan. Padahal ...

Tapi, alasan gue memang benar. Nyokap memang begitu, dan gue juga mau begitu. Beneran ih.

Di sesi Bahasa Indonesia juga gak kalah asiknya. Berbagai pertanyaan dilontarkan. Cerita tentang sahabat - sahabat gue. Pernah berantem atau enggak, gue jawab pernah. Lalu ditebak secara benar, ' pasti karena cewek '. Iya dong. Inget banget, tentang seorang wanita beranama Mila. hihihi.

Gue juga cerita bahwa cita - cita gue penulis, debater, guru dan banyak lainnya. Salah satunya gue mulai dengan nulis blog. Gue cerita tentang blog ini, sampe akhirnya, Mbak Sari juga minta alamat blog ini.

Entah, orang sebesar Mbak Sari bakal punya waktu atau enggak untuk hadir ke tulisan tak seberapa ini. Tapi bukan itu yang gue harapkan sekaligus cemaskan. Apakah orang sehebat Mbak Sari, akan terhibur ? Siapa yang tahu ? Sosoknya yang tegas, mungkin enggak akan suka lama - lama membaca tulisan bertele - tele seperti ini. Tapi gapapa, siapa tau berguna.

Tapi entahlah, pengumuman masih jauh. Tanpa ada tanggal pasti, dikabarkan bahwa akan menjadi sekitaran sebelum lebaran. Yakh...

Selamat bagi gue, yang tengah menempu hari - hari penuh penggantungan tanpa kepastian.

Yang bisa gue lakuin adalah cuma sekadar berdoa, siapa tahu akan menggerakan kondisi hati para panitia, hihihi.

Mimpi ini benar - benar nyata. 

Layaknya hari - hari menunggu kabar Min, semua ini mengartikan sesuatu ;

Hari tanpa kepastian adalah hari yang paling berat.


Read More

Monday, April 23, 2018

Jatuh Cinta di Depok.

Kali ini, adalah tentang sebuah tulisan ke sembilan puluh delapan. Tentang bagaimana masa tahun pertama di SMA.


Tepatnya, tentang satu hal yang mengesankan dan terlebih, tentang mereka - mereka yang terlewatkan.

Singkat cerita, ini adalah tulisan mengenai perjalanan hidup sang penulis satu minggu di Depok.

Mereka yang terikut sertakan dalam cerita ini, seperti :

Depok, bakal selalu jadi kota yang saya ingat. Terlebih, kamu membuat saya berbunga - bunga. Juragan Sinda, juga akan menjadi hal yang tak terlupakan, sejak dialah yang melindungi ketika hujan dan butuh istirahat ( Tinggal bilang kostan aja susah amat ). Saya juga berbicara dalam tulisan kepada Universitas Indonesia, yang akan menjadi salah satu tempat bersejarah bagi masa remaja saya, bagaimana kamu berhasil menjadikan diri saya sebagai pribadi yang lebih giat belajar demi kamu. Tapi terlebih, tulisan ini untuk kamu, Romilda. Percaya atau tidak, kamu adalah sosok obat ketika aku tidak menang kemarin. Teruntuk Romilda, kamu juga yang melawan kebosanan. Terimakasih atas ratusan postingan di akun Instagram-mu telah sedia melawan kantuk malam bersama saya. Percaya atau tidak, ini tentang kamu.

Alex memang begitu, sok romantis. Mending mukanya cakep, ya kan ? Ngomong - ngomong, sebelum lanjut cerita soal Romilda, gue ada satu pernyataan. Yang juga pernah gue tweet-in di Twitter lalu tenggelam di antara tweet lainnya, hingga gue tak bisa menemukan untuk dijadikan barang bukti dalam tulisan ini.

" Mereka yang ganteng dan cantik adalah makhluk paling beruntung di dunia ini. " 

Terlebih, karena mereka selalu punya kemudahan dalam berbagai hal. Gimanapun juga, mereka memang diciptakan untuk membuat kaum jelek iri ( gue ). Contoh singkat, ketika masih SMP, ada satu orang cewek yang gue dan temen gue saling perebutkan. Gue yang berusaha untuk mendapatkan justru kalah dengan dia yang hanya diam ( tapi ganteng ). Lalu, berakhirlah mereka sebagai pasangan yang bahagia di SMP. Gue ? berakhir di blog ini lagi. Untuk menulis, untuk mengingat, untuk bersenang - senang. Ada juga yang bilang bahwa mereka prefer cowok lucu ketimbang ganteng. Gue enggak percaya. Sekarang gini deh, kalian pilih Zayn Malik atau Azis Gagap ? HAH ?!

Hihihihi.

Satu hal lagi, tulisan kali ini beda. Terlebih karena gue menulis ini di kamar kost pertama gue. Juga nulisnya di laptop mahalan. Enggak tahu ini apa namanya, tapi di belakangnya ada apel yang keroak. Punya temen kost gue di kamar sebelah. Laptop yang kamera webcam mahalnya tertutup oleh solasiban hitam. Katanya, takut diintai secara diam - diam. Inilah, kebanyakan nonton tipi memang enggak bagus.

tempat nulis

Kamar Kost

Lanjut.

Sekitar beberapa hari yang lalu, lomba debate gue mulai. Yang gue rasakan ketika melihat para saingan adalah : astaghfirullah ! enggak apa - apa kalah, asal jangan malu - maluin. Gimana enggak, banyak banget Bule nya. Banyak banget manusia berkacamata sebagai tanda mereka pintar.  Gue dikerumuni oleh debaters lainnya. Sekitaran pada ngomong bahasa inggris. Yah, jujur - jujuran aja, inggris gue enggak terlalu bagus, apalagi di listening.  Beneran, banyak bule nya. Terlebih, mereka yang datang dari sekolah Gandhi. Wajah - wajahnya jelas berdarah Pakistan dan sedaerahnya. Ada yang cantik, ada yang lebih mirip unta. Dari mereka, ada juga yang manis, ada yang lebih mirip Rikishi. Bagi kalian yang enggak tahu, yasudah enggak usah googling, menyesal kalian.

Ada juga perwakilan dari sesama daerah gue, SMAN 2 Lampung. Soal mereka yang lolos dan terus menang sih bukan hal yang istimewa bagi gue, mereka emang bagus. Harus gue akui. Di sisi lain, ada yang dari Bandung, Jakarta, Tanggerang, bahkan Kupang. Untuk yang dari Kupang, gue baru tahu dan sadar, itulah definisi dari ' semangat '. Ada satu lagi, dari Malang.

Sekolah St. Albertus. Mereka mengirim dua tim. Salah satunya bertemu dengan gue di babak ketiga, salah satunya lagi ( yang gue harapkan ) jatuh cinta dengan gue sejak babak satu. Dari sana lah, Romilda berasal. Sosoknya adalah malaikat blaster darah Belanda - Indonesia. Lahir di Surabaya, 7 Februari dengan bintang kejora di ufuk timur. 

Bagi gue, St. Albertus adalah sekolah yang paling gue kagumi di perlombaan kemarin. Salah satu timnya yang bertemu dengan gue adalah saudara kandung. Tiga dari mereka benar adalah saudara kandung, dua di antaranya kembar. Mirip banget, sampai gigi gingsul nya pun sama. Heran. Heran tapi manis.

Tim yang lainnya, berisikan mereka yang berstatus sebagai senior. Berisikan dua sahabat kental tak terpisahkan. Romilda, Annas. Informasi yang gue dapat ini, tak lain dari usaha melawan kantuk semalaman.

Romilda memang tidak menang apapun. Tapi bagi gue, dia berhasil memenangkan hati gue. Dan patut dihargai. Maka dari situlah rencana nonton bioskop gue ama dia gue lambungkan tinggi - tinggi. Jangan - jangan dia mau. Tapi kayaknya, enggak.

"Rencana nonton ? Gila ya lu !" said every readers on this post.

Mengajak dirinya nonton mungkin memang adalah hal yang gila. Tapi bagi gue, penolakan dari dirinya lebih baik ketimbang gue harus merelakan dirinya menjadi Yang Terlewatkan. Gue rasa, selama ini Alex sudah menjadi sosok yang begitu bodoh. Jatuh cinta pada seseorang, tidak berani mengatakan. Lalu hilang begitu saja bersama waktu. Maka, mereka - mereka itulah yang sampai saat ini terlewatkan. Seperti sosok wanita SMP yang sekarang sudah di Medan. Salah satu penyesalan terbesar. Maka, dengan itu semua, gue putuskan untuk menjadi gila. Setidaknya, gue tidak akan gila karena penyesalan.

Tapi, kok cerita nya kayak loncat gitu ya ? Kok tiba - tiba bisa ngajak nonton ? Iya memang udah dijelasin, tapi kok bisa ya ? Emang udah kenalan ? Emang udah resmi kenalan ? Emang udah saling pollow pollowan di sosmed ? Pertanyaan seperti itu mungkin muncul dan belum terjawab. Ada satu yang sudah terjawab, Emang udah cinta ? Ya udah lah.

Jadi begini ...

Di antara mereka yang bule - bule itu, gue menemukan sosok Romilda. Dari awal, gue memang begitu bodoh dan lemah. Gue hanya berani menatap matanya sesaat dia tengahh asik bersama temannya. Ketika dia melihat gue, buru - buru pandangan itu gue hapus. Dan terjadi begitu terus menerus. Ada satu moment di mana semua peserta berkumpul di ruangan. Romilda dan kawan - kawan yang datang terlambat tak mendapatkan kursi. Gue rasa itulah saat yang tepat bagi gue. Saat itu mereka berada tepat berdiri di belakang gue. Gue putar badan, gue tatap mata mereka dalam - dalam. Mulai bangun, mengatakan dengan pasti : " Nih duduk di sini. ". Yang lalu dibahas oleh mereka : " Enggak usah. ". Lalu ada hati yang patah.

Temen - temen tim gue langsung pada ikut campur, " ditolak ya lex haha ". Yang lalu gue bahas dengan selaki - laki mungkin. " Hah ? enggak. Sengaja, gue mau ke toilet. " padahal gue udah pipis tiga kali saat itu. Lalu berakhirlah gue dengan alasan yang secara ajaib tercipta : pergi ke toilet. Posisi toilet cowok dan cewek di fakultas ilmu kesehatan / kedokteran memang bersebelahan. Di toilet fakultas kesehatan ada satu hal yang tak gue sangka : Romilda ada di depan. Entah lagi apa, rasanya tengah menunggu rekan setimnya. Namun yang jelas dia hadir bukan karena gue. Dia tengah meratap ke sisi lain fakultas kesehatan. Tinggalah gue yang membelakangi dirinya. Ingin sekali gue datang, mengajak bertukar nama lalu perasaan. Semua imajinasi itu muncul di kepala tanpa ada yang terealisasikan. Hingga gue terhenyak, lalu kembali ke ruangan bersama kepecundangan dalam diri gue.

Kali itu, gagal.

Setelah itu, berakhirlah gue dan peserta lainnya di pengumuman tim saipa yang berhak lolos ke babak selanjutnya. Selagi menunggu, ini yang hebat. Ini yang Tuhan janjikan bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Serius. Gue yang memang merasa akan menjadi sosok paling tolol dan goblok se Indonesia kalau tidak kenalan, nekat modus. Saat itu, tim St. Albertus tengah bersama - sama duduk membentuk dua banjar tak beraturan. Yang gue tahu adalah, gue kenal dengan mereka  si kembar. Yasudah, tak lama - lama lagi. Tapi memang Alex adalah manusia paling cemerlang.

Gue tinggikan nada berbciara kepada mereka para si kembar, agar terusik lah mereka lalu menaruh sedikit perhatian kepada gue yang tak boleh gue lewatkan.

" Kalian gimana tadi ? " Kata gue dengan lantang pada si kembar.

Rencana gue berhasil. Salah satu dari tim lainnya notice gue. Lalu gue tatap, gue katakan dengan indah : 

" Kalo kalian, Namanya siapa ? " 
" Annas. " 

Kami berdua mengajukan tangan masing - masing, bersalaman.

" Alex. "
" Siapa ? " Gue rasa Annas tidak mendengar dengan baik.
" Alex. "

Gue kira, nama gue bakal diketawain. Mungkin saja itu terjadi, gimana kalo ternyata Alex adalah nama kucing peliharaan dia ? atau gimana kalau nama Alex adalah ternyata seekor anjing betina yang kena pergaulan bebas di komplek perumahan ? Yang kalo bunting, melahirkan, lalu ditinggal tanpa ada tanggung jawab dari pihak jantan. 

Tapi ternyata enggak, memang enggak kedengeran saja.

Lalu sampailah pada moment kebenaran.

" Kalo kamu namanya siapa ? " Kata gue ke sosok yang saat itu gue beneran enggak tahu namanya.

" Romilda, but it ' is kind of a hard name to say. Wait... " Kata dia dengan manis.

Diikuti oleh dirinya yang langsung bergegas mengambil telepon genggam. Tak lama, dia memberikan hape tersebut ke gue. Tertulis 'Romilda' di memo yang ia sengaja buatkan untuk gue. Lalu gue menafsirkan bahwa ia seperti meminta nama gue.

Kami menyodorkan tangan masing - masing. Bersalaman. Bersalaman. Bersalaman. Bersalaman. Bersalamaaaaaan. Satu moment penuh kehangatan mempertemukan tangan lembut dirinya dengan gue. 

" Alex. "
" Romilda. "

Kata di atas resmi terucap ketika sepasang insan tengah berjabat tangan.

Gue juga mengira, nama gue bakal diketawain. Mungkin saja itu terjadi, meski nama kucing kesayangannya adalah Coco, itu semua tetap bisa terjadi. Mungkin saja, dia tertawa akibat kegirangan telah menemukan dan berjabat tangan bersama masa depannya. Bisa saja, kan ?

hihihi.

Lalu tak lama tim gue ikut datang. Saling berkenalan. Lalu kami semua berbincang satu sama lain. Di antara perbincangan yang terjadi, gue hanya bersyukur dapat menikmati kesempurnaan dari dekat. Satu langkah inovatif yang perlu gue hargai dari salah satu tim gue :

" Do you guys have instagram account ? "

" Oh yeah yeah yeah." Kata mereka.

Sebelum lanjut cerita, ada satu hal yang mau gue sampaikan kepada temen gue : MAKASIH LOH YA.

Lalu semua pada bertukar instagram. Gue hanya menyodorkan kepada satu pihak, Romilda.

" Minta instagramnya juga dong. "

" Enggak usah, susah. Nih... "

Untuk kedua kalinya gue memegang Hape dia. Dia meminta dan mengalah, untuk membiarkan dia mem-follow akun gue duluan. Lalu gue temukan, entah apa yang ada di hidupnya, tapi instagramnya penuh dengan bahasa asing.

" Ini kok kayak gini haha. "

" Iya itu bahasa belanda haha. " diikuti sedikit tawa kecil yang tak pernah bisa gue lupakan.

Gue juga sempet nanya sedikit ketika saling ngobrol. Ternyata, dia memang sudah fasih berbahasa indonesia. Spesialnya, dia juga fasih berbahasa jawa, inggris, dan belanda. Bahasa jawa ? fiuh....

Lalu pengumuman tim yang lolos sudah tiba.

Gue kembalikan hapenya, lalu bersiap - siap menunggu kekecewaan. Sebelum pergi, gue katakan pada dirinya : " I will follow back later. "

" Iya, iya. " Sambil mengangguk.

Lalu gue pergi menjauh mengambil posisi terenak menerima kenyataan pahit tim gue tidak ada si daftar tersebut. Dari jauh, gue mlihat Romilda dengan lekuk kecil, tersenyum tidak sedih walaupun kecewa ketika menerima kenyataan yang sama seperti gue.

Selanjutnya satu ruangan ricuh terhadap mereka semua yang senang lolos dan mereka yang tak lolos, langsung mencari para juri menanyakan kenapa. Hingga gue, berakhir di kostan ini lagi. Malam - malam bersama cinta.

Ruang kepala mulai dipenuhi oleh sosok bidadari dari malang. Jujur, pertama dan terakhir kali gue ke malang adalah ketika Study Tour SMP. Jujur gue kangen suasana di sana. Beneran. Apalagi Batu Night Spectacular. Apalagi setelah ini, Romilda. Perasaan gue pengin pindah ke Malang makin menjadi - jadi, ah dasar.

Lalu,

Tapi memang sudah digariskan begitu adanya, Alex adalah manusia paling cemerlang sekaligus goblok. Ia kembali memberikan beberapa pesan melalui direct message kepada si Kembar. Tentang rencana nonton.

Padahal, ya kalian tahu lah, apa maskud gue.

" Ajak yang lain ya. Biar kita ramai - ramai, kan asik. "

Padahal, sebetulnya. Si kembar hanya perlu membawa satu orang. Siapa lagi ?

Tapi memang Alex juga digariskan untuk selalu menerima penolakan dalam hidupnya. Mulai saat ini, kalianlah yang akan melanjutkan ceritanya. Gue nggak kuat menulis lebih lanjut tentang penolakan ini. Biarkan diri kalian menerka sendiri apa yang terjadi.

Bagi gue, penolakan adalah selalu tentang pembelajaran. Dan pembelajaran adalah segalanya tentang memperbaiki. Tapi, setelah sebegitu banyaknya penolakan dan pembelajaran, mengapa masih ada mereka yang terlewatkan ?
Read More

Sunday, April 15, 2018

Lost In Time



Ini adalah pukul sembilan lewat, satu hari setelah pengalaman mengagumkan. Kalau ingin diceritakan sejak awal, baiklah. Saya mengalah untuk menceritakan. Toh, saya suka bercerita.


Semenjak sebulan lalu, bagi mereka yang memperhatikan atau diperhatikan sekolah tersulap menjadi layaknya stasiun kereta. Calo di mana - mana. Heran. Jelas sekali, sejak sebulan lalu adalah hari - hari menjelang tugas tahunan angkatan kelas dua, Teater.

Bagi mereka yang memperhatikan, mungkin hari - hari di sekolah butuh sedikit bumbu action. Tak lain tak bukan, demi menyelamatkan uang jajan dari jahatnya para calo yang menyamar atas nama kelas dua. Ketika jam istirahat, ada yang pura - pura tidur ketika melihat gerombolan calo, ada yang langsung ngibrit ke toilet entah karena kebelet, atau lebih memilih mati diracun aroma toilet ketimbang membayar lima belas ribu. Gue ? tetep ke perpustakaan. Biarin, walau di sana tetep ada calo, setidaknya perpustakaan adalah tempat suci bagi gue. Toh, tempat suci tidak boleh dijadikan pusat penjualan ( baca alkitab makanya. ).

Berbeda bagi mereka yang diperhatikan. Yang gue maksud dengan mereka yang diperhatikan adalah, mereka - mereka yang ( bisa jadi ) terkenal atau justru tidak terkenal. Bagi mereka yang terkenal dan diperhatikan harus siap - siap melayani tawaran ajaib dari para calo. Ajaib hanya dengan mengucapkan sebaris kalimat, semua terhipnotis ; " Tahun depan kalian juga begini, awas aja karma ! ". Kalo dipikir memang bener, sialan. Lanjut, bagi mereka yang tidak terkenal, tak perlu takut. Lanjutkan saja segala kegiatan yang tengah dilakukan. Lagi makan ? makan aja terus. Para calo biasanya tidak tertarik menawarkan kepada mereka yang tidak terkenal. Rasanya bukan karena mereka pilih - pilih tapi karena mereka nggak mau dinilai mengganggu atau sekadar sokkenalsokdeket. 

Gue ? ya jelas. Sejelek - jeleknya, gue masuk jajaran mereka yang terkenal. hihihi.

Dalam satu angkatan terdiri dari tujuh kelas, mengartikan bahwa akan ada tujuh penampilan teater. Dijumlah dengan harga tiket, cukup untuk membunuh uang jajan selama seminggu. Cukup banget. Gue beli empat dari tujuh. Mungkin mau beli lagi semuanya. Proses terhipnotisnya gue untuk menambah tiket adalah hasil hipnotis dari teater terakhir yang gue tonton. Jujur, ada dua kelas yang pengin sekali gue tonton. Sampai - sampai, gue ada niatan membeli sebelum ditawari. Setidaknya, ada niat. Kenyataannya, gue lagi dalam perjalanan ke toilet berhasil ditodong di tengah jalan. Toh gue emang mau beli, " Yaudah, catet - catet. " seraya ngibrit ke toilet.

Nama teaternya bakal gue jadiin judul tulisan ini. Sebagai apresiasi gue telah menghantui pikiran belakangan ini. Entah pikiran atau perasaan ? hayoo.

Yang gue tonton kemarin adalah mereka yang dari kelas IPA. Entah kenapa, sejak awal gue kepingin nonton kelas yang ini. Mungkin, karena kelas mereka adalah saksi paling sering misi bolos ke perpustakaan. Istirahat, atau tengah pelajaran gue sering ke perpustakaan. Sebetulnya, gue sering bolos pelajaran. Dan, gue melakukan itu atas dasar kepingin saja. Merasa capek gitu di kelas. Toh gue gak kemana - mana kok. Hanya di perpustakaan. Gue juga nggak takut dimarahin kalau dipergok tengah tertidur di perpustakaan. Sekolah kan melelahkan, apa salahnya gue untuk istirahat sejenak ? Iya nggak sih ? nggak ya ? Yasudah.

Oiyah, tulisan ini juga nggak atas pengaruh siapa - siapa selain diri gue sendiri. No one else but me. Sudah berapa kali gue katakan, bahwa segalanya dari blog ini adalah apa yang mau gue tulis. Meski ada yang meminta untuk menuliskan, tanpa dia suruh juga gue bakal tulis. Tak lain, karena ini adalah pengalaman hidup yang tak boleh terlewatkan begitu saja.

Sebetulnya, gue pengin sekali menilai teater ini secara penuh. Namun, apalah daya gue. Tulisan dari seorang Alex yang bukan siapa - siapa tak akan merubah apa - apa. Jadi, ketimbang jadi apresiator yang lemah, mending menjadi Alex yang kuat. Kan begitu...

Bagi mereka yang sering membaca dan mencerna ( kayak gue ), teater kali ini jelas banget dari judulnya. Lost in Time. Yah nggak jauh - jauh akan membahas sesuatu mengenai waktu. Ditambah, sejak awal penonton sudah disuguhkan dengan beberapa tayangan dan adegan mengenai waktu. Secara singkat, susunan acaranya adalah live music, short movie, teater, dan beribu - ribu live music. 

Di awal, gue sudah takut bahwa ini adalah sesuatu yang nggak worth it. Bukan soal lima belas ribu,   ( karena jika gue harus membayar seratus ribu pun akan gue tonton ) tapi karena waktu itu sendiri. Mereka membahas mengenai waktu, tapi apakah itu worth it untuk ditukar dengan waktu yang gue punya ? Bingung ya, sama.

Sejak awal, gue rasa, bukan cuma gue yang menduga bahwa acara ini akan berjalan tidak sesuai ekspetasi. Terlebih, di bagian Short Movie. Bukan karena jelek, sama sekali bukan karena jelek. Tapi karena nggak cocok. I think, spending the first hour with unguarantee good clasification movie was not a good idea. Gue katakan bahwa gue sangat cinta dengan segala konsep yang ada, termasuk konsep cerita dari film yang ditayangkan.

Tapi tapi tapi.

Gue katakan bahwa itu tidaklah cocok, sederhana karena berbagai masalah teknis itu pasti muncul dan ada. Dari mulai, audio film yang tidak jelas, layar yang kurang lebar, dan lain - lain. Hasilnya, penonton harus menelan pahit - pahit tontonan. Tanpa tau secara jelas cerita akan berlabuh ke mana, ditambah begitu lamanya kehadiran short movie itu, rasanya itu semua adalah faktor yang menjadikan penonton lain menguap di awal - awal.

Jika harus dikatakan seblak - blakan itu, sederhana. Menaruh tayangan amatir yang memakan durasi bukanlah ide bagus. Sekali lagi, semuanya adalah dari kacamata gue yang bukan siapa - siapa. Sekali lagi, bukan karena short movie nya jelek tapi karena tidak cocok. Toh, gue sendiri menikmati dan paham alur ceritanya. Gue juga menikmati kok dan pengin juga punya file nya kalau bisa. Ada satu pertanyaan yang sengaja nggak mau gue jawab secara terang - terangan mengenai kesukaan gue terhadap short movie atau teater nya sendiri.

Suka karena bagus atau karena ada seseorang ? 

haha.

Gue katakan bahwa ini memang bagus ( banget ), tapi gue nggak mau menjawab pertanyaan itu. Sengaja. hihihi

Selanjutnya, adalah bagian favorit dari gue. Teater. KEREN BANGET. SAYA SUKAAAAAAAAAAAA.

Pentonton, setidaknya bagi gue, berhasil diajak untuk menerka - nerka jalan ceritanya ke mana. Ditambah dengan akting, penempatan tokoh, yang tepat menghadirkan berbagai sensasi. Ada satu wanita yang tersulap oleh badana menjadi makin cantik, ada wanita lain dengan bawahan merah jambu serta rambut bergelombang membuat gue tersenyum sendiri, ada wanita lain menyanyikan fight song yang  menyadarkan gue sebagus itu lagu Rachel Platten, ada juga wanita berbaju hijau army dengan ikat di kepala yang membuat gue terhenyak pun terpaku dengan penampilannya, ada juga pria yang ganteng, yang membuat gue jatuh cinta. Loh, kok. KOK.

Mungkin gue nggak bisa jelasin bagaimana semuanya terjadi secara jelas. Meskipun gue beberapa kali mendengar backsound yang tidak cocok ( setidaknya buat gue ), kesalahan teknis, dan lainnya. Tapi peristiwa gue kagum dengan acara ini adalah segalanya proses alami.

Satu - satunya hal yang gue sesali di acara ini adalah mereka yang menonton, kebanyakan adalah bagian dari hidup gue. Maksdunya, mereka adalah orang - orang yang kenal gue, dan gue kenal mereka. Dekat dengan hidup gue, tidak jauh - jauh. Mungkin, ini juga adalah alasan mengapa gue lebih sering diam - diam nonton bioskop sendirian. Orangnya random. Lantas mengapa ? sederhana karena gue dapat mengekspresikan diri gue secara jelas dan terang - terangan. Mau nangis ya nangis, ketawa ya ketawa. Berbeda dengan menyaksikan bersama orang yang kita kenal di sekitar. Kalian paham kan maksdunya ? Jelas, ini sepenuhnya bukan lah salah mereka atau salah siapa - siapa. Hanya memberitahu, okai ?

Satu hal juga yang harusnya menjadi tanggung jawab mereka adalah, gue jadi bimbang untuk menonton teater selanjutnya atau tidak. Di satu sisi gue tidak ingin, karena sadar bahwa dari mereka adalah cukup dan tidak boleh dirusak oleh teater lainnya. Atau, di sisi lain ketika gue kepingin parah nonton yang lain karena standarisasi tak langsung oleh mereka membuat gue percaya bahwa semua teater adalah bagus adanya. Gue sudah beli beberapa yang ingin gue tonton, namun berhalangan. Membuat gue sedih tak mampu hadir. Beberapa hari dari tulisan ini diciptakan, gue akan pergi ke depok. Universitas Indonesia. Untuk mengikuti debate competition. Mengartikan gue berhalangan untuk hadir untuk beberapa teater. Yah, intinya sih, back to reality yang mana, selalu saja melelahkan. Bukan begitu ? Begitu bukan ?

Gue rasa, dengan segala kerja keras mereka, semuanya terbayar. Bagi gue, kesalahan yang mereka buat segalanya adalah acceptable dan tidak merusak seluruh penampilan sedikitpun. Bagi gue, penampilan dan perlombaan adalah hal yang jauh berbeda. Mungkin, itulah mengapa gue lebih suka hadir di penampilan ketimbang perlombaan. Bagi gue, yang harus ada dalam penampilan adalah penghiburan, berbeda dengan perlombaan yang harus ada kesempurnaan.

Bagi gue, kehadiran wanita atas nama merah jambu kemarin sudah sepenuhnya mengisi tengki hiburan yang gue butuhkan. Mereka bukanlah penampil yang sempurna, tapi sangat menghibur. Dan itu cukup.

Menyaksikan dengan kondisi gelap hingga terang di akhir kala teater selesai, menyisakan berbagai perasaan yang tercampur aduk. Bawa perasaan, itukah namanya ? Setelah beberapa waktu gue habiskan untuk memikirkan perasaan apa yang paling tepat, akhirnya gue menemukan. Kemarin, tepatnya ketika menyaksikan teater, perasaan itu jelas sekali muncul. Cintakah ? tentu bukan. Saya beritahu sekarang juga, kemarin, saya sebagai penikmat merasakan satu hal, seimbang.

Read More

Saturday, April 7, 2018

Sendiri adalah bahaya.



Belakangan ini, kemudi hidup serasa hilang kendali. Entah jalan ke mana. Semuanya lewat begitu saja. Aneh. Gue nggak tau bahwa gue dapat berpartisipasi dalam lomba Debate berstandar nasional. Gue nggak tau, bahwa gue bakalan tidur enam jam belakangan ini. Gue nggak tau bahwa Min akan tetap menolak.

Selain semua yanga ada, tulisan kali ini adalah tentang Min. Yang kembali menghantui pemikiran sesaat gue pulang sekolah hari sabtu, baru saja.

Pernah nggak sih, hati kalian yang tengah gundah akan kenyataan tiba - tiba berubah. Entah lebih baik atau lebih buruk.

Hari ini, gue tengah menapaki jalan dari kelas menuju  ke bawah. Tanpa sengaja, semesta mempertemukan gue dengan Min. Di dekat pilar kesiswaan, gue patah hati.

Sesimpel itu. Dari mulai melihat dirinya bersama laki - laki lama nya beberapa jam sebelum itu semua terjadi sampai ke titik ini. Titik di mana Min mengeluarkan sihir kembali. Min memang punya kemampuan spesial ; Mampu membuat orang jatuh cinta tanpa repot - repot. Bahkan, hanya dengan berdiri saja, berhasil membuat gue jatuh cinta. Inilah, curang.

Titik di mana gue nggak tahu harus berbuat apa.

Gue memberhentikan langkah di dekatnya. Sejak awal, jangankan mengambil langkah untuk mendapatkan, berbicara pun seketika menjadi sesuatu yang sulit. Jika memang berbicara kepadamu adalah hal yang mudah, kamu sudah menjadi milikku, saat ini juga ! 

Gue coba untuk berbicara. Tanpa banyak bicara dan antusias yang terbatas, dia hanya menggeleng menjawab pertanyaan dari gue. Mungkin, dia tengah tidak dalam mood untuk berbicara. Hidungnya benar - benar seperti nafas seorang perenang, kembang kempis. Sayangnya, saat kembang ataupun kempis, hidungnya tetaplah cantik.

Seketika gue merasa bahwa dia keberatan dengan kehadiran gue. Tanpa banyak bicara, gue pulang. Ada hari yang mulai memanas, ada langkah kaki yang bergerak, ada hati yang patah. Gue kecewa dengan apa yang terjadi. Dalam perjalanan pulang, di atas motor, gue habiskan rindu dan kekecewaan gue sendiri. Gue lahap habis,

Mungkin dia tengah berbahagia saat ini. Bermain bersama teman karibnya. Tengah karaoke, atau tengah menyaksikan film, atau sekadar makan bakso depan rumah sebagai hidangan sore. Satu hal yang gue yakin, menjadi dirinya adalah suatu anugerah tak terelakan. Gue yakin hidupnya enak. Jika takaran enak adalah manis,maka segala aspek kehidupannya adalah enak adanya. Darimana gue tau ? dari hidungnya.


Sendiri di atas motor, membawa gue ke ujung ruang kepala. Bertanya - tanya apa yang sebenarnya terjadi. Memastikan lebih, bahwa hati yang patah ini esok akan tersusun kembali untuk siap kembali patah. Itulah hati, nasibnya buruk. Hanya untuk dipatahkan.

Sampai rumah, gue menyajikan diri sendiri dengan segelas teh hangat. Gue habiskan bersama jendela yang terbuka. Teh selalu hadir di saat - saat seperti ini. Sendirian di rumah membuat gue terpaksa diam tak bersuara. Tak tahu siapa yang harus diajak berbicara.

Jika Min adalah teh, pada hari ini akan gue pesan segelas teh untuk selamanya hangat. Agar seperti apa yang terjadi ini, tetaplah terjadi. Seperti kepulan asap teh hangat siang hari ini, harapan - harapan gue terhadap Min seakan ikut menari - nari. Tak lama, hilang termakan udara.

Menyeruput sedikit demi sedikit, mencoba mereka ulang semuanya.

Bertanya - tanya apa yang membuat dirinya menjauh atau risih atas kehadiran gue. Mungkin, karena baju pramuka hari ini, mungkin karena dirinya adalah malaikat, mungkin karena kami jauh berbeda, mungkin karena gue jelek, mungkin karena gue bukanlah sosok yang diharapkan, mungkin karena somay perlu bumbu, mungkin karena bunga selalu layu, mungkin karena perjuangan adalah cerminan dari kesia-siaan, mungkin karena Rangga adalah lelaki Cinta, mungkin karena kehadiran puisi di dunia, mungkin karena dirinya takut laba - laba, atau juga, mungkin karena gue hanyalah Alex.

Di antara kepulan asap yang menari nakal, gue temukan jawaban yang bersembunyi ; mungkin sesederhana kenyataan, bahwa Min tidak merasakan hal yang sama.

Sesederhana itu.
Read More

Thursday, March 15, 2018

Tulisan ke sembilan puluh lima



Karena jangan - jangan, masa depan tidak akan pernah aku jejaki. Karena nyatanya, aku hanya hidup di hari ini yang harus lebih baik dari hari kemarin.

- Ayah 


Beberapa hari lalu, gue baru aja pulang dari salah satu kegiatan SIswa PeCInTA alam di sekolah. Rencana, gue yang sudah dua kali ikut berpergian akan merangkum sekaligus kisah SICITA gue. Tapi ntar, lagi nggak mood. Tiba - tiba bisa ngomong ke SICITA, cuma karena barusan dapet notif bahwa Min masuk grup yang sama dengan gue. Ada senengnya. Ada sedihnya. Terlebih, ada takutnya.

Next post deh bakal gue bahas tentang pergi kemarin.

Tulisan ini ditulis barengan sama telor rebus ketiga yang baru aja mendingin. Juga, Bad Day dari Daniel Powter. Hari ini nggak bad day, tapi karena lagi mood denger lagunya aja. Untuk telor, gue sering rebus telor untuk gue makan. Bikin kenyang.

Kali ini, tulisan gue bakalan tentang blog gue ini. Sejauh ini, gue udah nulis 94 tulisan, 95 sama ini. Pengunjung total udah 9000an. Nggak kerasa banget.

Gue yang juga dipenuhi oleh rasa penasaran dengan pendapat orang - orang, suka modus secara halus.

" Baca geh, baca geh. "

Terus gue liatin reaksi orang itu gimana. Terutama cewek - cewek.

Ada yang ketawa, ada yang datar aja. Ada yang senyum senyum sendiri. Ada yang baru sebentar saja sudah bilang tidak. Ada yang ngechat gue sebegitu bagusnya tulisan gue. Ada yang marah - marah karena cerita tentang dia gue masukin. Ada yang keberatan. Ada yang nggak terima. Ada yang jatuh cinta.

Gue ? bahagia parah.

Sepanjang hidup, gue jadi setuju sama perkataan Ayah di atas. Hidup ya hidup. Sesimpel itu. Sama aja kayak buku Bob Sadino yang gue babat habis di perpustakaan. Hidup ya hidup. Nggak usah mikirin masa depan. Apa yang disuka, lakuin dengan sepenuh hati. Hal - hal baik akan menyusul.

Sama kayak tulisan tulisan di blog ini. Yang gue tulis adalah apa yang mau gue tulis, semau gue, kapanpun, gimanapun. Menulis tentang apa yang mau ditulis, bukan apa yang mau orang baca. Itu kebahagiaan sederhana. Kebahagiaan kompleks adalah, gue nulis apa yang mau gue tulis, dan orang orang juga suka membacanya.

Itu.

Kata Ayah, Masa depan itu nggak akan pernah dateng. Karena faktanya kita cuma hidup di hari ini yang harus lebih baik dari hari kemarin.

Sederhana tapi menusuk.

Selanjutnya,,,

Reaksi orang yang bermacam - macam justru bikin gue seneng. Semua reaksi gue hargai. Lagi, ada yang suka ada yang enggak, ada yang bacanya sambil ngupil pake jempol ( kaki ). Terlebih, ada yang ketawa dan ada yang ketawain.

Tau beda nya kan ?

Perasaan gue ? tetep seneng.

Gue ngaku tulisan gue jelek dan sebegitu hinanya. Tulisan gue emang terlalu mengayal. Tulisan - tulisan ini emang sebegitu bohongnya pun sebegitu tidak jujurnya. Lagi, sebegitu sampahnya sampai diinjek oleh orang - orang.

Atas nama tulisan ke sembilan puluh lima, gue katakan dengan indah.

Mereka semua benar.

Apalagi yang mengayal, gausah jauh - jauh. Soal Min. Kurang ngayal apalagi sosok Alek ? Yang punya impian untuk selalu bisa ngunyah permen karet selagi muda. Yang punya impian untuk selalu bisa ngasih Min roti selai nanas di hari senin yang panas. Juga, sosok yang sebegitu nekatnya jatuh cinta kepada sosok yang sempurna, Min.

Mungkin kalian enggak tahu Min siapa. Mungkin kalian nggak bisa melihat sosok Min. Ada salah satu pembaca dari Pekan Baru, nanyain keaslian dan foto Min. Gue kasih foto ini :

Cowok penghuni DIS ( Daerah Istimewa Sukaraja ) juga dikenal sebagai Dajal oleh beberapa kaum ateis. 

Yah setidaknya, kalau memberikan foto Min asli adalah pelanggaran hak privasi, gue rasa foto cowoknya cukup deh.

Petunjuk lain apakah yang mampu saya berikan ? benturan hak privasi di mana - mana, cukup kalian semua tau, Min lebih cantik dari Kuta Bali. Petunjuk lain adalah, Penciptaan atas nama Min terjadi ketika Tuhan dan semesta tengah tersenyum.

Selebihnya, gue setuju kok. Kalo tulisan gue jelek. Maka, kalo ada yang bilang seperti itu gue gak sakit hati. Tulisan gue dibilang hina, toh gue juga tau. Gue dikatain bego, toh emang gue ngerasa bego ( kayak di post sebelum ini ). Ujung - ujungnya, anggapan negatif mereka tentang gue itu semua berbalik menjadi senjata kuat untuk membuat hidup lebih baik.

Intinya, merendahlah sampai tidak bisa direndahkan. Terus ada yang nanya,

" Kok lo bisa percaya gitu ? "

Jawabannya, karena gue ngalamin sendiri.

" Kok tulisan lo bagus ? "

" Karena selera tulisan kalian rendah. "

" Gimana caranya menjadi diri sendiri, seadanya, nggak perlu make up, nggak perlu apa - apa, nggak perlu main sama temen yang hebat supaya terlihat hebat, pokoknya, tampilin apa yang bisa kita tampilin dan apa yang emang dari diri kita, tapi tetep disukain orang ? "

" Maksudnya ? "

" Iya,gimana kita tanpa harus berbuat yang spesial tapi  bisa dicinta orang lain ? "

Waduh, nggak tau. Tanya Min.
Read More

Tuesday, March 13, 2018

Min ( Beauty ) dan Alex ( Beast ( Buruk Rupa ) )



Gue percaya bahwa ada hal yang lebih penting daripada menjadi pinter, yaitu, dianggap pinter. Kedengerannya agak bodoh, tapi itu beneran. Gue alamin sendiri. Gue yang dengan catatan, bego parah di SMP, berhasil merubah pandangan semua orang di SMA. Eh, berhasil enggak sih ? gue rasa iya.

Di SMA, gue dianggap pintar. Padahal... Sudahlah.

Orang - orang mikir kerjaan gue di rumah belajar, lah, buku aja gue tinggalin semua di kelas. Gue nggak pernah nyentuh buku untuk belajar di rumah, atau ngerjain PR di rumah. Di sinilah titik aneh terjadi.

Orang - orang nanya kenapa gue bisa pinter, gue rasa, jawaban yang paling pas adalah, gue bisa pinter karena ada orang bodoh, yaitu, yang nanya kayak gini...

Gue merasa semua orang adalah pinter dan baik adanya, cuma terkadang, orangnya aja yang goblok.

Gini - gini,

Kalo kata Pandji Pragiwaksono bego itu ada dua jenis,

Satu, yang bodoh. Bisa diatasi dengan disiplin, dan kerajinan, terutama, kesadaran diri.

Kedua, yang goblokkkkkkkkkkkkkkkk ( K = 16 ) yang udah nggak bisa diatasin gimana - gimana lagi.

Gue selalu percaya bahwa gue adalah orang bodoh, yang mau nggak mau harus belajar. Ujung - ujungnya, orang nganggep gue pinter. Hanya karena, gue merasa bodoh.

Bingung.

Lanjut ke pembahasan sebelumnya, bahwa, yang lebih penting adalah dianggap pinter. Yah, itu benar adanya. Gue yang dulu iri banget sama orang pinter, karena, perlakuan guru - guru selalu berbeda terhadap mereka. Sekarang, gue merasakan itu semua.

Gak jarang, gue nggak berada di kelas dan malah ada di perpustakaan. Tentu gue izin, dan selalu dibolehin. Sedangkan, mereka yang dianggap bodoh, ke toiletpun butuh perizinan yang dipersulit. Pasti kalian mengerti.

Selain itu, gue juga seneng dianggap pinter karena, setidaknya, pandangan orang - orang (cewek) bisa menjadi lebih baik ke gue.

Kayak sekarang, gue bisa merasakan pandangan orang - orang melihat gue kayak

" Wih, Alex, pasti mau ke perpustakaan, belajar. "

Beda sama dulu yang kayak,

" Wih Alex, pasti mau nyopet. "



Enggak semenyakitkan itu sih.... Tapi kira - kira gitu.


Selanjutnya, terlepas dari itu semua, ruang kepala belakangan ini dipenuhi oleh pertanyaan dari temen - temen sekitar. Menanyakan kapan gue bakal ambil langkah ke arah Min.

Jawabannya adalah, pernah. Iya, udah pernah. Nggak pernah lupa, 3 Oktober, yang gue percaya sebagai hari ulang tahun gue, dan harus ada sesuatu yang spesial, gue kontak Min. Itu doang ceritanya. Iya, sampai sekarang enggak tau nasib kabar itu gimana. 3 Oktober selain membuat gue tambah tua, juga bikin kecewa.

Memang, gue yang bukan siapa - siapa nggak bisa berharap apa - apa.

Tapi itu dulu, kalo sekarang, gue yakin Min, gak mau juga.

Yah gue sadar, seandainya gue di posisi dia juga, mana mau cerita cinta gue bakal bertema beauty and the beast. 

Tapi enggak apa - apa, rasanya saya lebih nyaman kalau kamu enggak sayang sama saya hari ini. Karena, kalau besok kamu sayang, saya bakalan siap. Beda kalo, hari ini kamu sayang ama saya, dan besok tiba - tiba kamu enggak. Demi langit, saya bakalan nangis. 

Temen - temen selalu nanya

" Jadi kapan sama Min ? "

" Nanti, kalo enggak ujan."

Kira - kira, itulah jawaban yang selalu gue beri.

" Kalo ujan ? "

" Istirahat. "

" Kalo mendung ? "

" Itu lagi sayang - sayangnya. "

" Kok gitu ? "

" Siap - siap mau istirahat. "


Pun, gue pribadi, Alexander, telah menjadwalkan semuanya. Dengan harapan, Min akan sabar menanti.

Juni tahun ini aku akan menjalani fase sayang - sayangnya sama kamu. Mei nanti, adalah persiapan untuk kita berdua menyambut Juni. Entah kamu bakalan nemenin aku sayang di Juni, atau enggak. Yang jelas, November nanti kita jadian. Satu hal yang nggak boleh kita berdua lupain, kita bakalan putus Desember tahun tiga ribu. 

Jadwal bisa saja dipercepat, tergantung Global Warming. 
Read More

Thursday, March 8, 2018

Ayah Pinokio Adalah Pencuri !



Pagi ini, gue terima hasil cetakan foto Min. Wanita ajaib dari lorong IPA. Tentang Min, sebetulnya gue udah pernah nulis tentang dia di awal SMA. Dalam tulisan bertajuk Senior High Schooler & Viva La Vida , wanita di sana adalah Min. Sosok patah hati pertama gue di SMA. Tulisan ini tentang Min. Nama Min gue dapatkan dari ruang kepala gue sendiri. Nama aslinya, Minarto. Nah loh.

Jangan Minarto ah. Min saja.

Mengetahui karier gue dengan Keti yang gue putuskan untuk selesai, gue sadar harus beranjak. Layaknya setiap hal di bumi ini, hati juga perlu peratapan. Makasih gue terbangkan untuk blog ini. Tempat nangis secara digital untuk gue. Keti sekarang sudah menjalin hubungan dengan seseorang yang lebih ( lebih hoki ). Dengan ini, gue putuskan untuk berhenti menyuapi ego Keti(ak) dan cowoknya ( nama samaran ) Ipan(tat).

Berbciara soal Min, sosok misterius yang melegenda di lorong IPA, terlebih di hati gue. Soal Min, sudah sejak saat SMP gue temukan kesempurnaanya. Melalui Instagram, gue temukan Dia. Ceritanya,,,,

Gue yang tau bakal masuk SMA, memfilter setiap cewek yang kira - kira bakal masuk SMA yang sama dengan gue. Sumber utama jelas berasal dari SMP yang ada di sana. Dalam keramaian baris foto kelas, gue menemukan sosok yang entah siapa namanya ( saat itu ).

Gue nggak tau siapa namanya. Satu hal yang gue tau, Dia bakal jadi milik gue di SMA nanti. Setidaknya, gue sudah berjanji pada diri gue sendiri. Lewat Twitter juga pernah,



Itu agak gue sensor sedikit. Guasah penasran, udah gue kasih tau kan ( Minarto ). Hehe.

Sejak SMP, doa - doa yang gue panjatkan tiap malam, agar dia beneran satu sekolah sama gue ternyata dikabulkan. Pada masa Orientasi, makhluk itu sangat menarik perhatian gue. Idungnya yang punya gaya orang Belgia, mancung jadi nilai plus banget ( padahal namanya Min ). Tapi, emang orang Belgia mancung ? Gue ngasal. Tapi soal idung dia yang indah, itu beneran...

Di kelas, Min punya sahabat yang seruangan bareng gue. Terkadang, gue suka kepoin hape temennya ini. Melihat percakapan bersama Min. Gue jadi senyum - senyum sendiri.

Dia yang berasal di lorong IPA, membuat gue nggak tau harus bikin dia kagum gimana. Toh, gue salto di kelas juga dia nggak lihat. Atau gue sunat sambil main playstation pun dia nggak lihat, apalagi main hujan - hujanan, gue rasa dia nggak punya waktu untuk hal nggak penting seperti itu.

Bisakah gue membuatnya tertawa dari jauh ?

Tapi tenang,gue bakal selalu nyoba bikin Min tersenyum. Entah gimana. Entah bakal dapet atau enggak, gue bakal coba. Sosok Alek yang nggak jelas, suka dibantu campur tangan Tuhan di setiap kisah cintanya mungkin dapat meluluhkan hidung Min. Kalau sekolah kebakaran, ada satu hal yang bisa gue selamatkan, gue bakal selametin hidung Min. Gue tanem, lahir seribu Min. Lalu gue akan punya keturunan pinokio. Hihihihi

Kembali ke hasil cetakan foto Min. Karena ini adalah Diary pribadi gue. Yang bebas gue tulis apa - apa, serta komitmen yang telah gue buat pribadi, segalanya harus jujur. Gue harus cerita satu hal. Mungkin ( Seharusnya ) Min ngerasa kehilangan sesuatu. Harus diakui, gue adalah pencuri. Bisa dikategorikan. Akhir 2017, ada sebuah classmeeting di sekolah. Dalam keramaian salah satu kelas IPa ( kelas Min ), gue menemukan mejanya. Ada kotak pensil, ada fotonya.

Gue ambil.

hm....

Jahat banget gue rasanya.

Sejak saat itu, foto Min selalu gue taro di dompet. Enggak ada yang tahu selain Sapay dan Felik. Gue merasa bersalah. Tapi kalau saja, mengendalikan diri di kala mabuk cinta hal yang mudah, hal itu nggak akan terjadi.

Dan... Bukan saya tidak mau mengembalikan, saya hanya tak sanggup membayangkan akan semarah apa sosok pujaan hati. Saya benar - benar tidak punya gambaran akan seperti apa marahnya Anda. Saya berkali - kali menyelinap, namun saya rasa Foto Anda lebih nyaman bersama saya. Seitdaknya, ada yang memperhatikan. Sekali lagi, saya pengecut.

Bukan untuk kepentingan goib, saya menyimpan foto malaikat di dompet, berharap membawa kebahagiaan dan keberuntungan di dalam hidup, terlebih, di dompet ....


Read More